Mohon tunggu...
Zaki Mubarak
Zaki Mubarak Mohon Tunggu... Dosen -

Saya adalah Pemerhati Pendidikan tinggal di Tasikmalaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi ke Tasikmalaya, antara Bahagia dan Gelisah

8 Juni 2017   22:55 Diperbarui: 9 Juni 2017   11:13 4387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Namun, ketika Aksi Bela Islam (ABI) 411, 212 dan seterusnya telah menumbuhkan rasa empati pada Jokowi. Jokowi dianggap tidak mendukung mereka yang sangat ingin mendapatkan keadilan. Alih-alih mendukung, rejim Jokowi dipersepsikan media terus memperjuangkan Ahok, terduga penista Agama Islam, untuk bisa lolos dari jeratan hukum. Orang Priangan Timur tahu itu semua. Bahkan pemantik ABI II pada 212 adalah orang Ciamis yang berjalan kaki ratusan kilometer untuk hanya menunjukan kepada Indonesia, bahwa tidak ada satupun yang bisa menghalangi ABI mereka.

Orang Priangan Timur yang masih sakit hati tentang ABI II ini, belum terpuaskan oleh Jokowi. Kunjungan langsung beliau ke Tasikmalaya tidak akan mampu mengobati rasa sakit sebagian ummat Islam atas ketidak perhatian presiden atas penistaan agama. Priangan Timur, apalagi Tasikmalaya yang sangat menghargai agama sebagai way of life, sangat gelisah manakala pemimpinnya tidak memperhatikan hal yang prinsip tadi. Datangnya Jokowi, akan menambah rasa gelisah kapada mereka, karena dengan datang berarti telah melegitimasi kesetujuan orang Priangan atas prilaku dan kebijakan Jokowi tentang dukungan kapada terduga (sekarang terpidana) penista agama.

(3) Rezim Jokowi yang memiliki standar ganda tentang nasionalis dan agamis. Momen kelahiran pancasila pada 1 Juni yang memiliki beragam tanggapan, dijadikan momen untuk memperlihatkan standar yang ganda atas kaum agamis. Mereka yang meneriakan pancasila di satu sisi, seolah mempersepsikan kaum agamis yang tidak pancasilais. Mereka yang meneriakan Bhineka dianggap yang paling toleran, sedangkan yang agamis yang tidak berteriak bhineka seolah dipersepsikan yang intolerant. Hal ini membuat orang tasik tidak suka dengan Jokowi. Tidak ada pembelaan yang nyata Jokowi atas fenomena ini.

Menurut saya, tentang warga yang gelisah tidak mutlak kesalahan dari presiden kita. Ketika rejim ini berisi bukan hanya presiden, maka kita perlu jernih melihat secara seimbang antara Presiden dan para pembantunya. Saya sangat setuju bahwa presiden sekarang sedang fokus untuk memperbaiki insfra struktur kita, namun saya juga tidak setuju kepada para pembantunya yang memikirkan yang lainnya. Bila agama adalah hal sensitif di masyarakat, maka untuk memuluskan fokus presiden, maka tidak boleh agama menjadi objek yang dipersalahkan dalam pembangunan. Bila keamanan adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam pembangunan, maka kaum agamawan harus diajak untuk bersama-sama membangun, bukan dianggap lawan.

Sebagai orang Tasikmalaya, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Presiden yang baik hati untuk datang ke Tasikmalaya. Selamat Datang pak Presiden. Sebagai bagian warga yang gelisah, saya harus menyampaikan kegelisahan warga pak. (1) turunkan harga listrik yang membumbung tinggi dan harga lainnya. Cabutlah ekonomi neo liberal yang diterapkan oleh menteri Anda itu pak Presiden. Kami rakyat kecil menjerit atas projek hebat bapak itu. Tapi tolong pertimbangkan hidup kami yang susah.

(2) Rengkuhlah semua golongan Agama, terutama golongan yang belum bersimpati kepada Anda. Warga NU sudah menjadi bagian dari kekuatan Anda, tapi warga yang lain harus segera dirangkul. FPI yang dalam konteks kebangsaan adalah anak bungsu yang sedikit “nakal” seharusnya dijadikan potensi untuk menghebatkan bangsa, bukan untuk dibunuh pak Presiden.

(3) Ajarilah pimpinan Kota kami untuk membangun kotanya. Ajari mereka untuk bekerja dan bekerja. Berilah contoh mereka, bahwa Anda mengabdi kepada negeri atas dasar kecintaan Anda pada bangsa, bukan pada setumpuk uang yang membayar upeti. Ajari bagaimana lalu lintas yang semrawut itu diatur ulang. Ajarilah bagaimana membuat ekonomi ummat itu lebih membahagiakan semua pihak, bukan sebagian saja.

(4) Buatlah kami bangga dengan daerah kami. Ajari pimpinan kami, untuk membangun identitas daerah kami yang distingtif. Ajarilah mereka bagaimana menghargai budayanya dan identitasnya, lalu ajari juga bagaimana menjadikan local wisdom itu menjadi hal yang bisa mendatangkan rezeki yang lebih bagi kami. Kami harus berdiri dengan tegak atas kemampuan diri sendiri.

Selamat datang Pak Presiden. Semoga kota kecil dengan seribu pesantren ini dapat memberimu kesan yang indah nan bermakna. Kami hanya warga yang biasa. Hanya bisa berdo’a meminta kesehatan untuk Anda. Semoga Anda senantiasa dibimbing oleh Allah swt. Amien ya robbal Alamiin.

***
Wahai Presiden.
Bagi kami, kau adalah manusia setengah dewa.
Kau adalah manusia yang mampu akan segala.
Yakinkan kami untuk senantiasa percaya.

Bila Tuhan telah mempercayaimu untuk memimpin kami.
Kami serahkan jiwa raga ini.
Bila kau hianati amanah Tuhan kami
Tunggulah kemarahan dan rasa benci.

Bumisyafikri, 8/6/17

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun