Ada yang bergidik ngeri, dan ada yang menanggapinya biasa saja. Tergantung cara dan sudut pandang masing-masing melihatnya.Â
Bahkan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, mengatakan bahwa angka kematian di Provinsi NTT akibat Covid-19 ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Negara Indonesia, yang di kawasan Asia tenggara memiliki jumlah kasus Covid-19 terbesar kedua setelah Singapura, bahkah cukup optimis dengan kebijakan New Normal yang akan diterapkan dalam waktu dekat. Meski banyak yang menyebutkan bahwa kebijakan ini terlalu cepat untuk dilakukan, namun dengan pertimbangan pemulihan perekonomian negara, akhirnya pemerintah berikhtiar menempuh jalan ini.
Banyak hal buruk yang lahir akibat dari pandemi ini, seperti kematian, pengangguran, ketimpangan sosial yang semakin jelas, meningkatnya angka kemiskinan, kriminalitas merajalela bahkan hutang yang akan dibayarkan oleh negara diperiode yang akan datang sudah diketahui berapa jumlahnyaÂ
Namun, dibalik semua itu, diantara banyaknya dampak negatif yang dihasilkan oleh pandemi ini, ternyata masih ada nilai-nilai positif yang juga tumbuh subur ditengah-tengah masyarakat dunia dan indonesia.
Dengan merosotnya kondisi keuangan negara, menyebabkan pemerintah sedikit keteteran dalam mengantisipasi dampak dari Covid-19 ini. Masyarakat di tengah keterbatasan masing-masing, akhirnya bergerak bahu membahu, secara pribadi maupun komunitas mencoba hadir untuk mengisi kekosongan yang belum dipenuhi oleh pemerintah.
Di luar negeri, dari Jack Ma, pendiri Alibaba group, Jeff Bezos CEO Amazon, Mark Zukerberg, CEO Facebook hingga Bill dan Melinda Gates, dua orang terkaya di dunia telah mendonasikan Ratusan Juta Dollar Amerika untuk menangani dampak virus Covid-19 ini secara global. Meskipun dua nama terakhir diragukan niat dan tujuannya, karena ada indikasi kepentingan dibalik itu, tapi setidaknya mereka sudah bergerak membantu.
Di Indonesia sendiri, selain para taipan seperti group Bakrie, Mayapada, Astra dan Wardah, pergerakan juga banyak bermunculan dari komunitas-komunitas sosial kecil yang pada awalnya hanya membantu memenuhi kelengkapan APD untuk para tenaga kesehatan, namun akhirnya berlanjut hingga membantu para pekerja-pekerja kerah biru dan masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar/pokok mereka.
Meski hanya dari komunitas kecil, tetapi donasi yang terkumpul untuk penanganan dan dampak dari Covid-19 cukup besar karena jumlah komunitasnya yang banyak. Bahkan pada Bulan Ramadhan lalu, setiap hari di media massa dan media sosial, puluhan dan ratusan komunitas olahraga, kesenian, alumni pendidikan, perkumpulan klub mobil/motor hingga komunitas penggemar game online yang kebanyakan anak-anak remaja juga turut serta menyisihkan uang mereka untuk melakukan donasi penanganan dampak Covid-19 ini.
Mengagumkan!! Sebuah kondisi yang jarang dan sulit untuk dicarikan momen lainnya. Jadi, meskipun dengan pahit dan sulitnya kondisi pada saat ini, ternyata masih banyak diantara kita yang bersedia untuk saling membantu meringankan beban masyarakat di lingkungannya.Â
Rasa Kesetiakawanan yang tumbuh justru ketika keadaan sedang tidak berdaya, meskipun ada perbedaan suku bangsa, ras dan agama.