Berbeda dengan Mad Max: Fury Road yang ceritanya seolah berfokus kepada satu konflik saja, di film ini George Miller mencoba mengeksplor dunia apokalitik dalam filmnya lebih jauh lagi dan juga mencoba menghadirkan konflik yang jauh lebih kompleks, namun dibuat tanpa bertele-tele dan menambahkan sedikit bumbu komedi sehingga masih mudah untuk dinikmati penonton secara luas.
Salah satu elemen yang menjadi kekuatan besar dalam film ini adalah terletak di desain produksinya yang megah. Kendaraan-kendaraaan yang digunakan untuk bertempur dirancang dengan sangat apik dan unik. Selain itu, scoring dan sound-nya yang 'berisik', sukses membuat siapa pun yang menonton merinding. Visual dari filmnya juga sangat baik meskipun dibeberapa adegannya masih terlihat kurang rapi.
Jika di Mad Max : Fury Road ada banyak hal yang tidak terlalu dijelaskan seperti dimana tempat yang menjadi asal Furiosa dan keluarganya, seperti apa rupa Gastown dan Bullet Farm, mengapa Furiosa kehilangan satu tangannya atau bagaimana Furiosa bisa menjadi anak buah Immortan Joe, semuanya dijelaskan di film ini.
Selama 2 jam lebih, Furiosa : A Mad Max Saga seolah tak ada henti-hentinya menyuguhkan pertempuran yang penuh ledakan hingga aksi kejar-kejaran antar geng dari sejak menit awal. Bahkan saat film ini berakhir, di credit scene ditampilkan sekilas cuplikan-cuplikan dari film Mad Max: Fury Foad yang dirilis beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut seolah merupakan ajakan kepada para penonton untuk segera menyaksikan filmnya setelah menonton film ini.
Mungkin akan terasa sulit bagi film ini untuk bisa menyamai 'magis' dari Mad Max: Fury Road, meski begitu film ini masih mampu memberi suguhan pertarungan dan aksi kejar-kejaran yang memukau serta mampu mengisi bagian yang kosong dalam Mad Max: Fury Road, menjadikan salah satu film aksi terbaik tahun ini yang sayang untuk dilewatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H