Baru-baru ini viral di media sosial sebuah unggahan dari seorang perempuan yang mengaku bahwa tunggakan akun paylater melonjak berkali lipat. Faktanya, seperti penjelasan dari pihak platform, video viral tersebut merupakan gabungan dari dua akun pengguna yang berbeda dan tidak ada kendala dalam pelunasan masing-masing akun.Â
Namun, apakah realita di masyarakat kita fitur paylater ini benar-benar mempermudah ?
Konsep paylater sendiri boleh dibilang mirip dengan 'menyicil' tanpa kartu kredit. Fitur ini akrab ditemui karena telah disempatkan hampir di semua platfom e-commerce di Indonesia. Layanannya memudahkan konsumen untuk memiliki barang yang diinginkan meski budget yang dimiliki belum mampu untuk melakukan pembayaran kontan.Â
Penggunanya pun semakin berlipat seiring dengan naiknya tren penggunaan aplikasi belanja online selama pandemi. Kemudahan melakukan angsuran tanpa perlu memiliki kartu kredit juga mendorong konsumen utamanya usia muda untuk mencoba fitur ini.
Beberapa temuan menarik dari riset yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kredivo mengenai Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia 2021 berkaitan dengan penggunaan paylater selama pandemi. Didapatkan hasil peningkatan penggunaan hingga 55% pada periode tersebut.Â
Kegiatan berbelanja dan transaksi online memang masih didominasi oleh generasi Z dan milenial namun mulai terjadi peningkatan ke generasi yang lebih tua. Paylater diprediksi semakin mendominasi dengan temuan bahwa hingga 90% konsumen mula menyadari fitur ini sebagai mode pembayaran. Tentunya dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan sebagai fitur pembayaran yang mudah, cepat, dan fleksibel. Â Â Â Â Â
Kehadirannya diharapkan juga menjadi solusi maraknya pinjol online ilegal yang meneror masyarakat selama pandemi. Bunga yang ditawarkan jauh lebih rendah dengan legalitas yang jelas. Masyarakat tidak lagi perlu khawatir terkait keamanan data pribadi yang dibagikan dan teror bunganya yang tak masuk akal.Â
Konsep, spesifikasi, dan sistem keamanan fitur paylater terus dikembangkan sehingga pengguna mendapat manfaat terbaik.
Dari berbagai layanan yang diberikan fitur ini jelas dibuat untuk memanjakan pengguna. Hanya saja hampir sama dengan masalah kredit pada umumnya risikonya adalah gagal bayar cicilan. Seperti yang kita ketahui bersama efek pandemi begitu berat salah satunya pada sektor ekonomi.Â
Mode paylater ini kemudian dipandang sebagai solusi untuk dapat tetap memiliki barang yang diinginkan meskipun keuangan sedang tidak memadai. Hal ini tentunya justru menambah beban ekonomi dan berdampak pada rekam jejak kita di dunia perbankan.
Efek lain dari dominasi mode pembayaran paylater juga ditemukan dari aspek sosial budaya. Berbagai temuan di masyarakat menunjukkan perubahan pola pikir mengenai konsep berhutang yang mulai dianggap remeh. Berhutang tentu saja boleh namun sebaiknya dialokasikan untuk hal yang benar-benar penting.Â
Dengan mudahnya melakukan kredit bahkan perlu memiliki kartu kredit dikhawatirkan generasi muda dengan pengetahuan manajemen finansial yang masih rendah akan dengan mudah terjerat hutang. Terlebih aplikasi online serupa penggunanya didominasi oleh milenial dan gen Z.
Penggunaan paylater berlebihan juga berefek pada pergeseran pola perilaku masyarakat menjadi lebih konsumtif. Dengan ini generasi mudah juga dapat dengan mudah terjerumus ke dalam perilaku boros. Pendirian yang masih labil dan pada usia peralihan menuju dewasa, muda-mudi seringkali mencari pembenaran terhadap apapun yang dikerjakannya.
Mereka beranggapan bisa membeli semua yang diinginkan meskipun belum tentu bermanfaat dan benar-benar diperlukan. Padahal apabila menuruti keinginan tentunya habis keinginan satu akan terus timbul keinginan yang lain.
Edukasi dan literasi manajemen finansial yang bijak kepada generasi muda dirasa sangat perlu. Gaya hidup konsumtif dan hedonis tentunya bukanlah suatu prestasi yang dapat dibanggakan. Terlebih lagi tunggakan paylater. Akan lebih baik apabila kita dapat membelanjakan uang dengan bijaksana dan sesuai kebutuhan. Teknologi selalu memiliki dua sisi, untuk meminimalkan risiko sebaiknya gunakan dengan bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H