Efek lain dari dominasi mode pembayaran paylater juga ditemukan dari aspek sosial budaya. Berbagai temuan di masyarakat menunjukkan perubahan pola pikir mengenai konsep berhutang yang mulai dianggap remeh. Berhutang tentu saja boleh namun sebaiknya dialokasikan untuk hal yang benar-benar penting.Â
Dengan mudahnya melakukan kredit bahkan perlu memiliki kartu kredit dikhawatirkan generasi muda dengan pengetahuan manajemen finansial yang masih rendah akan dengan mudah terjerat hutang. Terlebih aplikasi online serupa penggunanya didominasi oleh milenial dan gen Z.
Penggunaan paylater berlebihan juga berefek pada pergeseran pola perilaku masyarakat menjadi lebih konsumtif. Dengan ini generasi mudah juga dapat dengan mudah terjerumus ke dalam perilaku boros. Pendirian yang masih labil dan pada usia peralihan menuju dewasa, muda-mudi seringkali mencari pembenaran terhadap apapun yang dikerjakannya.
Mereka beranggapan bisa membeli semua yang diinginkan meskipun belum tentu bermanfaat dan benar-benar diperlukan. Padahal apabila menuruti keinginan tentunya habis keinginan satu akan terus timbul keinginan yang lain.
Edukasi dan literasi manajemen finansial yang bijak kepada generasi muda dirasa sangat perlu. Gaya hidup konsumtif dan hedonis tentunya bukanlah suatu prestasi yang dapat dibanggakan. Terlebih lagi tunggakan paylater. Akan lebih baik apabila kita dapat membelanjakan uang dengan bijaksana dan sesuai kebutuhan. Teknologi selalu memiliki dua sisi, untuk meminimalkan risiko sebaiknya gunakan dengan bertanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H