Usia ideal anak sekolah adalah tujuh tahun untuk SD. Sedangkan anak saya 6 tahun kurang dua bulan saat Juli nanti. Simalakama bagi saya karena mendaftarkannya kecepetan. DI sini saya tidak membahas alasan kecepetannya itu. Saya ragu mendaftarkannya di SD. Menurut saya, materi kurikulum pendidikan untuk SD terlampau 'berat'. Namun saya pun enggan kembali ke TK.
Toh, di TK materi yang diajarkan juga mirip dengan materi SD kelas 1 zaman zaya SD dulu. Saya yang berharap dia bisa bermain sepuarnya di TK, ternyata salah. TK, tidak mampu memenuhi hasratnya untuk bermain. Meski masih kelas kecil, mereka sudah dijejali dengan pelajaran membaca. Materi kelas 1 SD -zaman saya sekolah dulu. Kini di TK B, dia jua mendapat pelajaran membaca ditambah dengan menulis. Ia sempat trauma dan mogok sekolah. Lebih lagi, karena ia memang nyaman menulis dengan tangan kiri. Hal ini sering ditegur, agar dia pindah menulis tangan kanan. Si sulung ku akhirnya meledak mogok sekolah. Katanya sakit perut, mual, mau panas dan banyak lagi alasannya. Saya tidak memaksanya untuk sekolah. Tapi konsekuensinya di rumah saya harus aktif bersama dia dan si adik kecil.
TK lagi atau SD? Sama saja. Baiknya saya Homeschoolingkan. Kali ini bapaknya yang menentang. Homeschooling akan membuat ego nya lebih besar dan tidak bisa bermasyarakat, begitulah kira-kira alasannya. Bapaknya, tetap ngotot mendaftarkan ke SD. "Dia tetap homeschooling tapi setelah pulang sekolah formal." Sekolah hanya sarana untuk belajar menjadi masyarakat. Tidak mengejar nilai akademis. Tapi kalau bisa sih, Alhamdulillah.
Nah, saya ini ibu yang perfeksionis. Inginnya yang terbaik untuk anak-anak termasuk hal pendidikan. Terbaik dalam hal ini bukan sekolah yang mentereng prestasi akdemis, seperti peraih nilai UN tertinggi.
- Saya ingin sekolah yang bisa menjaga semangat keaktifan anak.
- Saya ingin sekolah yang memotivasi bukan doktrinasi.
- Saya ingin sekolah yang ramah otak anak, bukan memaksa otaknya bekerja.
- Saya ingin sekolah tanpa diskriminsi, ada si pintar dan si bodoh.
- Saya ingin anak saya mencintai agamanya, cinta Allah dan Rasulullah dengan tulus.
- Beribadah dengan sukarela.
- Humanis dan empatis.