"Apakah aku tidak cukup baik, sehingga selalu menjadi pilihan yang ditinggalkan karena adanya sosok baru yang terus-menerus datang silih berganti?" kini hati kecilku selalu bertanya-tanya seperti itu. Nyatanya kita benar-benar usai tanpa adanya memulai.
  Kini duniaku runtuh, di mana saat kabar burung hinggap dengan gemuruh tak teratur. Aku seperti kehilangan detak dalam dada yang selama ini penuh mengisi ruang perasaanku. Kini aku datang mengadu, memohon pada waktu agar berkenan mengembalikan mu dengan sikap yang dulu. Hujan di kelopak ku tidak jua membuatmu bergeming, aku dipaksa mundur oleh waktu dengan harap kau tengah mendengar ku.
 Bagiku dirimu bukan sosok manusia yang selalu ku ceritakan pada semesta, namun dirimu adalah legenda yang selalu ku kagumi sepanjang masa. Dan kini kamu masih tetap menjadi subjek utama yang selalu ku tulis dalam setiap ceritaku, yang selalu ku ceritakan pada setiap kisahku, yang selalu menjadi inspirasi dalam setiap perjalanan hidupku.Â
 Kini aku sudah tahu bahwa setiap kenangan itu memiliki ceritanya sendiri. Jika beberapa lembar halaman hanya berisi coretan benang tak beraturan, kita bisa menulisnya kembali di lembaran berikutnya.
 Bagiku, cerita kita berdua ini adalah cerita yang buruk karena akan berlalu begitu saja. Kenangan indah yang kita ciptakan bersama akan tinggal kenangan. Kehidupan ini memiliki waktu yang terbatas. Bahagia dan kesedihan selalu bersamaan. Aku bahagia mengenalmu, tapi kini kesedihan menghampiri karena kehilanganmu. Kita harus terima kenyataan. Keberhasilan selalu diikuti kegagalan. Aku gagal memilikimu. Semua yang terjadi pasti berakhir. Langit yang cerah selalu disusul langit mendung. Cerita kita berakhir di sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI