Mohon tunggu...
Zakiah Bestari
Zakiah Bestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menyelamatkan Marwah Bahasa Indonesia Melalui Etika Berbahasa di Era Digital

30 November 2024   21:40 Diperbarui: 30 November 2024   22:18 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara kita berkomunikasi. Berbagai media platform digital telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari pada masa kini. Namun, dibalik efisiensi dan kemudahan berkomunikasi ini, terdapat tantangan serius terhadap eksistensi dan kualitas penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Fenomena yang kerap terjadi adalah umumnya penggunaan bahasa gaul,singkatan tak beraturan, dan percampuran bahasa asing yang berlebihan di ruang digital."Gue", "lu", "kepo", "garing", dan berbagai istilah lain telah menggantikan kata-katabaku Bahasa Indonesia. Kemudian terdapat beberapa tren penggunaan singkatan seperti"bgt" (banget), "gmn" (bagaimana), atau "gk" (tidak) yang semakin meluas.

Meski terlihat sepele, fenomena ini secara perlahan mengikis kemampuan generasi mudadalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Fenomena lain berasal dari pengaruh bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, yang semakin aktif di era digital.

Banyak sekali pengguna media sosial yang merasa lebih "keren" ketika mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris, atau bahkansepenuhnya menggunakan Bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari. Fenomena"code-switching" ini, jika tidak dikendalikan, berpotensi mengancam kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan pemersatu bangsa.

Untuk dapat menyelamatkan Bahasa Indonesia di era digital, diperlukan pendekatan yang melibatkan seluruh aspek etika berbahasa. Pertama, perlu ditanamkan kesadaran bahwa penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan bentuk kecintaan terhadap bangsa.

Berbahasa Indonesia dengan baik bukan berarti kuno atau ketinggalan zaman, melainkan mencerminkan identitas dan karakter bangsa yang bermartabat. Kedua, lembaga pendidikan harus mengambil peran lebih aktif dalam menanamkan etika berbahasa di era digital.

Kurikulum pembelajaran Bahasa Indonesiaperlu diperbarui dengan memasukkan materi tentang penggunaan bahasa di media digital. Siswa perlu diberi pemahaman tentang kapan harus menggunakan bahasa formal dan kapan bisa menggunakan bahasa informal, serta bagaimana menyeimbangkan keduanya di ruang digital.

Ketiga, perlu ada gerakan literasi digital yang menekankan pentingnya etika berbahasa di platform digital. Media sosial dan aplikasi pesan instan sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk mengabaikan kaidah berbahasa yang baik.

Sebaliknya, platform digital dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mempromosikan penggunaan Bahasa Indonesia yang tepat dan bermartabat. Para influencer dan tokoh publik juga memiliki tanggung jawab besar dalam hal ini. Sebagai figur yang banyak diikuti dan kerap menjadi contoh bagi para pengguna dimedia sosial, mereka seharusnya memberikan teladan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik di media sosial.

Konten-konten yang mereka bagikan sebaiknya mencerminkan kepedulian terhadap kelestarian Bahasa Indonesia. Lalu melalui pemerintah, seperti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, perlu mengambil langkah lebih strategis dalam menghadapi tantangan di era digital.

Selain membuat pedoman penggunaan Bahasa Indonesia di media digital, lembaga ini juga perlu aktif melakukan sosialisasi dan kampanye yang menarik tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di platform digital. Kemudian yang tidak kalah penting adalah peran aktif masyarakat dalam menjaga kelestarian Bahasa Indonesia. Setiap individu perlu menyadari bahwa pilihan kata dan cara berbahasa di media sosial memiliki dampak terhadap perkembangan Bahasa Indonesia.

Kritik dan koreksi yang santun terhadap kesalahan berbahasa sangat perlu dibudidayakan sebagai bentuk kepedulian bersama. Kemudian terdapat tantangan lanjutan yang semakin kompleks dan juga tak kalah genting dalam era digital adalah munculnya dari buatan (AI) yang semakinberkembang.

Teknologi AI seperti Chat GPT, Google Translate, dan berbagai asisten virtual lainnya telah mengubah cara orang berinteraksi dengan bahasa. Meski memberikan kemudahan, penggunaan AI yang tidak bijaksana justru dapat mengancam keaslian dan ketepatan penggunaan Bahasa Indonesia.

Salah satu dampak negatif dari ketergantungan berlebihan pada teknologi terjemahan adalah munculnya struktur kalimat yang kaku dan tidak alami. Banyak pengguna yang langsung menggunakan hasil terjemahan mesin tanpa melakukan penyuntingan atau penyesuaian dengan konteks budaya Indonesia.

Akibatnya, terjadi degradasi kualitas bahasa yang digunakan, terutama dalam konteks formal sepertidokumen resmi, karya ilmiah, atau komunikasi bisnis. Kemudian dari aspek psikologis yaitu penggunaan bahasa di media sosial juga harus mendapatkan perhatian yang lebih serius. Fenomena "cyberbullying" dan ujaran kebencian seringkali muncul karena penggunaan bahasa yang tidak bertanggung jawab.

Etika berbahasa di era digital harus mencakup kesadaran akan dampak psikologis daripilihan kata dan cara penyampaian pesan.

Untuk menghadapi tantangan-tantangan lanjutan tersebut, terdapat beberapa langkah strategis tambahan yang perlu dipertimbangkan:

1. Pengembangan Aplikasi Pendukung

Perlu dikembangkan aplikasi atau plugin yang dapat membantu penggunamenggunakan Bahasa Indonesia dengan lebih baik di platform digital.

Misalnya,pengembangan keyboard pintar yang memberikan saran penggunaan kata baku,atau aplikasi pemeriksa tata bahasa yang sensitif terhadap konteks digital.

2. Sertifikasi Kompetensi Berbahasa Digital

Lembaga pendidikan dan profesional dapat mempertimbangkan pemberian sertifikasi khusus untuk kompetensi berbahasa di era digital.

Sertifikasi ini mencakup kemampuan menulis konten digital, komunikasi formal-informal diplatform digital, dan etika berbahasa di media sosial.

3. Kolaborasi dengan Platform Digital

Pemerintah yang berkepentingan perlu menciptakan bentuk kerja sama denganplatform media sosial populer untuk mempromosikan penggunaan BahasaIndonesia yang baik.

Ini bisa dalam bentuk fitur khusus, kampanye digital, atau program edukasi bersama.

4. Menciptakan Sastra Digital

Pengembangan sastra digital dalam Bahasa Indonesia perlu didorong untukmenunjukkan bahwa bahasa baku tetap bisa menarik dan relevan di era digital.

Platform seperti Medium atau blog dapat menjadi wadah untuk menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra berbahasa Indonesia yang berkualitas.

5. Program Mentor Bahasa Digital

Membentuk komunitas mentor bahasa yang aktif di platform digital untuk memberikan bimbingan dan umpan balik mengenai penggunaan Bahasa Indonesia.

Para mentor ini bisa terdiri dari akademisi, praktisi bahasa, atau pemerhati bahasa yang memahami dinamika komunikasi digital.

6. Kampanye#BahasaIndonesiaKeren

Menggerakkan kampanye di media sosial yang menunjukkan bahwapenggunaan Bahasa Indonesia yang baik justru bisa menjadi tren yang keren danmembanggakan.

Kampanye ini bisa melibatkan influencer, seniman, dan tokoh publik yang memiliki pengaruh kuat di kalangan generasi muda.

7. Pengembangan Konten Edukatif

Menciptakan konten-konten kreatif dan edukatif tentang Bahasa Indonesia yangsesuai dengan selera generasi digital.

Ini bisa berupa video pendek, podcast, atau infografis yang membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih menarik danmudah diakses.

8. Forum Diskusi Digital

Membentuk forum-forum diskusi online yang fokus pada penggunaan BahasaIndonesia di era digital. Forum ini bisa menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, mendiskusikan tantangan, dan mencari solusi bersama dalammenjaga kualitas berbahasa.

Menjaga Bahasa Indonesia di era digital bukan berarti menolak perkembangan zaman atau menutup diri dari pengaruh global. Justru sebaliknya, dengan etika berbahasa yang baik, kita dapat memanfaatkan platform digital untuk memperkenalkan keindahan dan kekayaan Bahasa Indonesia kepada dunia.

Bahasa Indonesia harus tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sambil tetap terbuka terhadap dinamika perkembangan zaman.Pada akhirnya, menyelamatkan Bahasa Indonesia di era digital merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat.

Diperlukan kesadaran kolektif dankomitmen kuat untuk menjaga martabat Bahasa Indonesia melalui penerapan etika berbahasa yang tepat di ruang digital.

Dengan demikian, Bahasa Indonesia tidak hanyaakan bertahan, tetapi juga berkembang menjadi bahasa modern yang tetapmempertahankan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Upaya menyelamatkan Bahasa Indonesia di era digital membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Mulai dari pemerintah, institusipendidikan, hingga masyarakat umum, perlu berkolaborasi dalam mewujudkan visi Bahasa Indonesia yang kuat dan adaptif di era digital.

Dengan menerapkan beberapa strategi dan inovasi yang telah dipaparkan, kita dapat memastikan bahwa Bahasa Indonesia tidak hanya bertahan, namun juga berkembang menjadi bahasa modern yang tetap mempertahankan jati dirinya.

Era digital seharusnya menjadi suatu jembatan untuk memperkenalkan keindahan dan kekayaan Bahasa Indonesia kepada dunia dengan tetap menjaga nilai-nilai kearifan yangterkandung di dalamnya.

Mari kita bersama-sama menjadikan era digital sebagai panggung bagi kejayaanBahasa Indonesia, bukan sebagai ancaman terhadap keberadaannya.

Dengan komitmen dan tindakan nyata dari seluruh bagian dari masyarakat, Bahasa Indonesia akan tetap menjadi kebanggaan bangsa di era digital dan masa-masa yang akan mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun