"Tiada kopi senikmat nostalgia
Seperti tak ada teh terhangat
Selain berjumpa denganmu"
  Begitulah para penyair menuliskan masa lalu ketika orang lain sudah lebih dulu melangkah lebih jauh darinya menuju masa depan.
Mereka dengan mudah mengolah kata untuk mengabadikan segalanya, termasuk kamu dan kamu.
Mungkin benar bahwa ada rasa sakit di setiap masa, dan rasa sakit itu akan reda dengan sendirinya. Namun di waktu-waktu tertentu pasti ada kalanya teringat, dan ketika waktu itu tiba rasa sakit selalu berhasil menemukan kata-katanya sendiri. Termasuk tulisan ini.
Entah jebakan apa yang dulu dibuat untuk menyerangku, karena aku rasa bahwa dulu akulah pemenangnya. Namun seolah ini benar-benar berbeda, seperti ada serangan kamikaze ke rumahku seolah kau sengaja mengajakku bunuh diri bersamamu.
Tetap tenang.... haha
Btw...hari ini cerah, banyak yang bisa dilakukan selain melamun.
Oke, kita mulai pelan-pelan.
Dulu masih banyak yang tersisa untuk dihadiahkan kepada orang yang kita sayang. Seperti kenyamanan, becandaan, kata, puisi, lagu dan apapun.
Ketika kita masih memiliki rasa sayang itu, meskipun disakiti, segalanya masih tersisa dan bahkan mungkin masih bisa diberikan, selagi masih ada rasa sayang tadi. Maka jangan salah bahwa banyak puisi bertebaran di mana-mana, karena masih banyak rasa sayang yang sebenarnya masih tulus, dan itu tidak buruk. Yang buruk adalah ketika kita sudah malas melakukan segalanya, hati-hatilah jika orang yang kau anggap masih menyayangimu tiba-tiba tak pernah melihatmu lagi, menulis puisi lagi, bernyanyi lagi tentangmu, karena itu tandanya kau sudah tidak berarti lagi baginya.
"Dinding sudah mulai kusam
Tak ada hujan hari ini
Lebih baik jangan
Aku milik kemarau ini"
Poem1 -----
Zakariya Prast -2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H