Mohon tunggu...
Zakaria Adjie Pangestu
Zakaria Adjie Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sharia and Law Faculty students

Inspiring Generation 692 Instagram: @zakaria_adjie Islamic Teacher Training College (ITTC)Kulliyyatul Mu'allimin al-Islamiyah (KMI), Darussalam Modern Islamic Boarding School. Sunan Ampel State Islamic University, Surabaya, Sharia and Law Faculty.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengubah Paradigma Negatif "Kuliah Online"

21 Agustus 2021   20:35 Diperbarui: 22 Agustus 2021   05:16 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar perkuliahan daring

 “Mas, kuliahnya online lagi yah?”, Tanya seorang tukang cukur kepada saya yang waktu itu memang lagi asyik merasakan goresan pisau cukur di sekitar rambut saya.

“Wah, kalo itu nggak usah ditanya lagi pak, sampe sarjana kayaknya haha.” Jawab saya spontan sambil bercanda.

Sudah dua tahun lebih pendidikan Indonesia, bahkan sedunia kali yah, telah mengadakan perkuliahan secara daring atau yang bisa kita sebut "e-learning". Sejak Menteri Pendidikan mengumumkan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (covid 19),  seluruh peserta didik mendadak mengalami  perubahan dalam sistem pendidikan. Perkuliahan yang pada mulanya bersifat konvensional (tatap muka) berubah menjadi perkuliahan berbasis daring atau online.

“Pandemi mengubah tradisi pembelajaran”

Memang benar, sistem perkuliahan yang semula face to face menjadi screen to screen. Bahkan saya ingat, akhir-akhir ini seminar-seminar yang saya ikuti, seorang MC atau pembawa acara dari sebuah webinar sudah bukan lagi mengatakan “Kepada Bapak narasumber , waktu dan tempat disilahakan” tetapi berubah menjadi “Kepada Bapak narasumber, waku dan layar disilahkan” karena seminar yang diadakan secara daring. Yah….saya ingat peristiwa itu karena mbak pembawa acaranya sangat manisss. Opss…..     

Okeh-okeh….kita kembali ke perkuliahan daringnya,

Sekarang ini, yang menjadi masalah adalah sistem pendidikan telah berubah, tapi masih banyak metodologi yang diterapkan dengan cara lama. Banyak pihak yang sebenarnya belum siap sepenuhnya untuk melaksanakan perkuliahan daring ini. Namun, mau tidak mau mereka harus dapat menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang sedang terjadi.

Para dosen dan mahasiswa yang masih gaptek (gagap teknologi)pun dituntut agar lebih memahami perkembangan teknologi. Dari seorang pribadi yang tidak pernah memegang laptop dan handphone, menjadi pribadi yang tiap harinya menghadap laptop  dan handphone. Entah itu e-learning maupun WFH (Work From Home).

Tapi apakah memang sitem perkuliahan e-learning secara virtual ini benar-benar efektif?

Menurut survey yang telah saya lakukan terhadap beberapa teman terdekat saya dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan universitas lainnya, tujuh dari sepuluh orang mengaku bahwa mereka merasa sangat kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh dosen. Misalnya teman saya yang berasal dari pesantren berbasis salafi yang kemudian mengambil jurusan di teknik elektro, dia merasa bahwa dari semua materi yang telah diberikan oleh dosen, hanya 30 % saja yang berhasil diserap dan dipahaminya selama masa e-learning ini.

Dilain sisi, teman saya sekampus yang bernama Gumelar pun juga mengomentari hal yang serupa “Jujur, aku ini bukan lulusan pesantren, hanya lulusan SMA biasa yang tidak pernah belajar bahasa Arab dan intensitas belajar keislamannya cuma sedikit, ketika dihadapkan dengan materi-materi keislaman yang berbasiskan bahasa Arab, aku merasa kesulitan sekali, apalagi belajarnya harus dilakukan online . Kursus Online berbahasa Arab yang disediakan kampus pun sepertinya tidak efektif bagi orang-orang yang senasib kayak aku ”.

Dua pendapat diatas adalah dua opini negatif dari beberapa opini yang diberikan kepada saya akibat perkuliahan daring. Kebanyakan mahasiswa mengeluhkan sistem pembelajaran ini dan menginginkan kembali perkuliahan dengan sistem konvensional atau tatap muka.

Nah…sekarang saya mengajak teman-teman untuk mengubah paradigma negatif ini

Bapak Pujo Sakti, dosen muda di prodi Sastra Inggris dari universitas Airlangga berpendapat bahwa dewasa ini, dunia pendidikan memang tidak bisa dijauhkan dengan keberadaan teknologi. Semakin berkembangnya teknologi semakin mempermudah interaksi belajar mengajar yang berlangsung antara dosen dan mahasiswa. Sehingga nantinya, materi-materi yang dibagikan oleh dosen dapat tersampaikan secara efektif dan tepat. Percaya atau tidak, pembelajaran secara virtual akan benar-benar terjadi di dunia ini, mengingat perkembangan teknologi yang sudah melesat jauh.

Sebenarnya sistem e-learning bukanlah hal baru di era pandemi ini. E-learning atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) pertama kali dimulai oleh Universitas Illinois , Urbana-Champaign pada tahun 1960. Waww…sudah lama sekali bukan? Bahkan saya saja masih belum lahir. Mereka menggunakan Sistem Intruksi Berbasis Komputer (Computer-Assisted Instruction) yang dijalankan di komputer PLATO yang diciptakan oleh Profesor Don Bitzer.

Mengenai e-learning juga, saya akan membantah paradigma-paradigma teman yang katanya pembelajaran e-learning ini membuat “bosan”. Saya yakin para dosen yang mengemas materinya dengan konten yang kreatif mampu menjadikan proses pembelajaran yang lebih asyik dan seru.

Misalnya saja, beberapa minggu lalu saya mengikuti seminar literasi yang diisi oleh bapak I Made Andi Arsana, seorang dosen dari UGM. Nyatanya rumor yang katanya kuliah online itu membosankan berhasil dirubah oleh beliau. Saya sebagai peserta ikut merasakan keasyikan saat kegiatan seminar berlangsung seakan-akan saya memang sedang berada di hadapan beliau langsung. Seorang pengajar yang mampu mengemas materinya menjadi sebuah konten yang sangat kreatif serta pembawaannya yang cheerful , apalagi ditunjang e-learning yang mempunyai berbagai macam inovasi dalam prakteknya, saya yakin pembelajaran yang diberikan kepada siswanya mampu diserap dengan baik tanpa ada sebuah anggapan “bosan”

Nah…… sebaliknya, fakta yang sering kita rasakan saat perkuliahan berlangsung apalagi selama e-learning ini hanya sedikit dari anggota kelas yang ingin bertanya dan menanggapi dengan komentar. Bahkan sering serikali seorang dosen diabaikan dan “dicuekin” oleh para mahasiswanya saat disuruh menjawab pertanyannya. Seolah-olah beliau hanya berbicara seorang diri. Jika saya berada dalam posisi itu, rasanya sakit sekali, bagaikan orang yang tak berguna di dunia ini (ingin teriak dan nangisss). Tak ada orang yang mau mendengar. Maka kita para mahasiswa jangan seperti itu yah, kasihan bapak ibu dosen kita sudah susah-susah jelasin ternyata ditinggal tidur, apalagi main game. Durhaka kalian...!! Sudah..sudah.....kita lanjutkan!

Begini….sebenarnya dengan adanya kuliah online seperti ini. kemampuan dan keterampilan kita menjadi berkembang. Bahkan saya yakin sekali kita sebagai mahasiswa dapat mengalahkan para dosen dalam berbagai hal, terutama menggunakan teknologi. Tapi jangan terlalu kepedean loh yahh bagi kalian para mahasiswa…hehe.

Kenapa saya berani bilang seperti ini?

Ini semua karena metode pembelajaran virtual yang mengilhami berbagai tugas baru. Actually, jujur saja, saya adalah jebolan dari pondok pesantren yang tidak begitu ahli dalam menggunakan teknologi apalagi sosial media. Namun karena sistem pembelajaran online inilah yang mengubah diri saya dan menuntut menjadi lebih kreatif dan terampil.

Banyak sekali tugas-tugas yang diberikan itu harus dikemas menjadi bentuk video. Bahkan teman saya, yang saking kreatifnya, setiap materi yang telah diberikan oleh dosennya langsung ia jadikan materi podcast dan disangkut pautkan dengan peristiwa-peristiwa yang viral saat ini. Kreatif sekali bukan.

Di lain sisi, mahasiswa yang mendapatkan tugas video, akhirnya mendapatkan pengalaman dan keterampilan baru dalam membuat konten-konten, dari mengedit, mengatur transisi bahkan dubbing video. Berawal dari situlah mereka mengembangkan keterampilan mereka dan mulai berkarir menjadi Youtuber, selebgram, Tiktokers dan sebagainya.

Perlu saya katakan lagi, saat ini saja banyak platform belajar yang menawarkan solusi pembelajarannya secara online. Tidak usah jauh-jauh, misalnya adalah senior saya yang sekarang sibuk mengembangkan platform belajar Bahasa Arab secara online, yaitu papantulis_edu. Memang sudah saatnya mengembangkan pemahaman dan keterampilan digital. Keterampilan digital inilah yang akan menjadi kunci kemajuan bangsa kita nantinya.

Menurut saya, metode pembelajaran sekarang sudah berbeda dengan metode lama. Di masa depan, dengan perkembangan teknologi yang sangat maju, kita dapat belajar di mana saja dan pengajarnya pun dapat menjadi moderator dan fasilitator tanpa terikat ruang fisik. Semua orang pun dapat dengan mudah mendapatkan berbagai macam informasi melalui internet, begitu juga untuk mahasiswa yang ingin menyelesaikan tugas kuliah dapat dengan mudah menyelsaikannya akibat kemajuan metode belajar.

Akhir kata, perkuliahan online ini esensinya dapat menjadi titik pacu bagi kita semua sebagai mahasiswa. Apakah kita sudah mengoptimalkan semua potensi yang ada? Sudahkah kita mengisi momen-momen   pembelajaran daring ini dengan sebaik-baiknya atau malahan menggunakannya sebagai alasan untuk tidak bisa berkembang? Memang banyak sekali problematika yang ditemukan saat pembelajaran daring, dan pemerintah sendiri sudah berjuang untuk menemukan solusinya

Kalau bisa, para mahasiswa sendirilah yang menemukan solusi terbaik untuk sistem perkuliahan daring ini. Jadilah aktor ! Bukan penonton!. Carilah jati diri kalian! Dan mulai untuk bertindak untuk hal-hal yang lebih kreatif dan berkontribusi terhadap kehidupan orang banyak. 

Zakaria Adjie Pangestu, 21 Agustus 2021

Mojokerto

Sumber gambar : koleksi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun