Ribuan detik telah kita lewati
Dalam kebersamaan dan kenyamanan
Saling menggenggam penuh senyuman
Meniti jalan menuju impian
Tawa,canda,bahkan air mata
Mengiringi setiap langkah yang kita tapaki
Mewarnai relung waktu yang terlewatkan
Memprasasti di sudut hati
Tetiba,emosi memenuhi hari
Membakar nurani tanpa belas kasih
Memutus nafas yang semakin tersesaki
Seakan membuka jalan maut menanti
Kutangkup tangan memohon ampunan
Atas selembar atma diri ini
Bersimpuh di ujung kaki ku jalani
Tapi langkahmu terlanjur pergi
Tak bermimpi untuk terpisah
Karena terikat jiwa raga ini
Dalam ikatan tak mungkin terberai
Meski harus bertemu mati
Tak mampu aku melewati
Tiap detik dengan hukuman ini
Ketidak berdayaan semakin menari
Menunggu waktu saat nya kembali
Setitikpun tak ku khianati
Kepercayaan yang telah kau beri
Meski salah tetap mewarnai
Dalam cerita yang ku tulis di sepanjang hari
Diujung nafas kesakitan dan ketidakberdayaan
Tetap ku jaga nama mu di dalam diri
Bertahta sempurna sebagai Permaisuri Hati
Tak tergantikan dan abadi
Dirimu atau tidak sama sekali....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H