Apa perbedaan Filsafat Pendidikan Islam dengan Filsafat Pendidikan Barat ?
Filsafat pendidikan Barat, ilmu tidaklah muncul dari pandangan hidup agama tertentu dan pendidikan barat diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai, yang dimaksud bebas nilai pada pendidikan Barat adalah bebas dari nilainilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama akan tetapi dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Imbas ilmu pengetahuan (serta nilai-nilai etika dan moral) yang diatur oleh rasio manusia yang secara terus menerus berubah.
Setidaknya ada lima faktor yang melandasi budaya dan peradaban Barat, yaitu:Â
(1) Menggunakan akal untuk segala kehidupan manusia,Â
(2) sikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran,Â
(3) aspek pandangan hidup secular,Â
(4) menggunakan doktrin humanisme; danÂ
(5) drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan. Kelima faktor tersebut amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.Â
Adapun ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat adalah falsafah dibentuk dari sebagai acuan pemikiran mereka, yang akan memunculkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini dapat mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. Ren Descartes misalnya, seorang tokoh filsafat Barat asal Perancis telah menjadikan rasio sebagai satu-satunya kriteria dalam mengukur sebuah kebenaran.
 Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke yang beranggapan bahwa tubuh yang sehat dapat membetuk akal yang sehat, senada dengn John Locke Immanuel Kant, Martin Heidegger, Gadammer, Betti, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, relatifisme, eksistensialisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sosiologi, politik, psikologi, sains, ekonomi, dan lainnya.
Menurut Azyumardi Azra, ada beberapa karakteristik pendidikan Islam yang membuat perbandingan filsafat pendidikan Islam dengan Barat, yaitu:Â
1) Penguasaan ilmu pengetahuan, ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap orang Islam (Muslim dan muslimat).Â
2), pengembangan ilmu pengetahuan.Â
3) Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan Islam sangat terikat oleh nilai-nilai akhlak islami.Â
4) pengembangan ilmu pengetahuan hanya untuk pengabdian kepada Allah danuntuk kemaslahatan umum.Â
5) penyesuaian pendidikan terhadap perkembangan anak. Sejak masa awal perkembangan Islam, pendidikan Islam diberikan kepada anak sesuai dengan umurnya, kemampuan, perkembangan jiwa, dan bakat anak.Â
6) Â pengembangan kepribadian. Maksudnya, bakat alami dan kemampuan pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai bakatnya sehingga akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.Â
7), penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Maksudnya, setiap anak didik diberi dorongan.
semangat untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya sehingga benar-benar bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan adanya beberapa karakteristik pendidikan di atas, maka menurut pandangan penulis, tampak jelas filsafat pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.Â
Sementara dalam filsafat Barat, proses belajar mengajar dalam pendidikan barat semata-mata masalah keduniaan, karena bersifat sekularistik - materialistik. Tanggung jawab belajar mengajar juga semata - mata terfokus pada urusan manusia. Kepentingan belajar memgajar juga hanya untuk memenuhi kepentingan dunia, sekarang dan di sini. Konsep pendidikan Barat pada umumnya bebas nilai (values free). Selajutnya, proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam merupakan aktivitas amal ibadah yang berkaitan erat dengan pengabdian (penghambaan) kepada Allah. Jadi, tanggung jawab belajar mengajar di samping tanggungjawab kemanusiaan juga tanggung jawab spiritual.
Pengertian Epistemologi
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani dari kata epistern yang berarti pengetahuan, sedangkan logos juga berarti pengetahuan. Epistimologi adalah cabang filsafat yang membahas mengenai ilmu pengetahuan yang meliputi berbagai ruang lingkup meliputi sumber- sumber, watak dan kebenaran manusia. Masalah epistimologi harus diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat manusia. Hal ini lebih mengarah kepada hakikat manusia yang terdiri dari beberapa unsur, di antaranya adalah mengenai ilmu pengetahuan. Maka berbicara tentang hakikat manusia dalam kerangka ini maka harus berbicara tentang upaya manusia memperoleh ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini Ahamad Tafsir berpendapat bahwa epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperolehnya. Tatkala manusia baru lahir, manusia tidak memiliki pengetahuan apa pun, apa yang di sampaikan Ahmad Tafsir hal ini sejalan Al-Qur'an yang artinya "dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Hal ini berbeda dengan pandangan Plato, bagi Plato bahwasanya manusia itu telah memperoleh pengetahuannya sejak dia dilahirkan, atau lebih tepatnya di sebut dengan innate idea atau ide bawaan. Dalam hal ini, pengetahuan manusia dapat di kelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H