Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menyikapi Individu Tone Deaf

12 September 2024   09:51 Diperbarui: 15 September 2024   18:50 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak lainnya, orang tersebut dibully oleh orang lain dan dibenci. Membeli barang mewah dipamerkan atau tidak pada waktu yang tepat kepada orang yang tidak mampu membelinya, mendatangkan bullyan dan kebencian kepadanya. Orang yang merasa tidak mampu bukanlah iri padanya tetapi tidak menyukai sikap merasa istimewa di tengah orang yang sedang diuji penderitaan oleh Allah. Tidak mudah melihat situasi yang sedang terjadi di tengah kehidupan sosial selain dari seringnya kita menggunakan rasa empati kepada orang lain.

Orang-orang yang memiliki tone deaf ini, sulit sekali memikirkan dampak sosial, ia cenderung mengikuti isi pikirannya sendiri, buta dan tuli terhadap situasi yang sedang terjadi dan merasa superior. Tidak memiliki rem untuk berkata-kata yang bisa berdampak kepada mental orang lain, seperti contoh "orang miskin tidak perlu pintar, yang pintar cukup orang-orang kaya saja". Kalimat miskin dan kaya ini sering dilontarkan oleh orang-orang yang merasa beruntung hidupnya kepada orang yang dianggapnya tidak seberuntung dirinya.

Apa yang terjadi pada mental orang-orang yang tidak punya ini?, tentu saja ia berkecil hati untuk menjadi spesial juga sama seperti orang yang berkata-kata tersebut. Ia merasa tidak berguna dan merasa tidak perlu membangun diri menjadi seseorang yang memiliki value. Yang berkata tentu tidak kena mental tetapi mental menjadi anjlok ketika yang mendengar tidak cukup kuat untuk menahan mentalnya yang terjadi berikutnya adalah hilangnya kesadaran dan terjadi tindakan kekerasan fisik.

Malah bisa berdampak kepada menghilangkan nyawa yang menghinanya. Dampak negatif dari tone deaf ini sangat luas dan justru mengerikan. Lalu apa yang harus dilakukan agar kita tidak memiliki sikap tone deaf di dalam diri kita? Atau bagaimana agar kita tidak terdampak oleh sikap tone deaf ini?

Menyikapi Tone Deaf

Orang yang mengidap tone deaf ini harus memiliki kesadaran yang tinggi bahwa ia hidup dalam lingkungan sosial. Ada manusia lain yang tidak seberuntung dirinya yang hidup berdampingan dengannya di bumi ini. Merasa beruntung dan spesial cukup dinikmati saja dengan sikap yang tenang, yang merasa bahagiakan dirinya, belum tentu orang lain ikut merasakan kebahagiaan yang ia rasakan.

Menyadari bahwa dunia ini berisi teori hukum energi, Dimana segala sesuatu yang keluar dari diri kita baik itu perkataan, sikap maupun perilaku mempunyai konsekuensi dan akan kembali kepada kita. Alam dan seisinya termasuk manusia diatur oleh hukum-hukum alamnya. Sikap tone deaf terkait dan menggerakan hukum-hukum alam: hukum getaran, hukum korelasi, hukum transmutasi energi abadi, hukum sebab akibat, hukum konpensasi.

Bila hukum-hukum alam yang kita gerakan dan tidak dikendalikan, maka semesta kecil dalam diri kita akan memberikan efek negatif. Kesadaran akan hukum-hukum alam inilah yang membuat hal ini terkendali dengan baik. Ketika kita tidak mampu dan abai dengan hukum-hukum ini tentu saja kita akan terkena hukuman dari apa yang telah kita kerjakan sendiri.

Bagi yang terdampak sikap tone deaf yang harus mengabaikan orang yang mempunyai tone deaf ini. Acuh merupakan cara terbaik, sebelum orang yang memiliki sikap tone deaf menyadari dan merubah pola pikir dan perkataannya kepada orang lain. Apakah orang tone deaf bisa menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya?, tentu saja bisa asalkan ia berniat memulai untuk mengamati sekelilingnya dengan hati nuraninya.

Mampu mencegah diri dari kezaliman dan menzalimi orang lain secara verbal dan non verbal. Memiliki kesadaran bahwa tidak ada yang senang bila diperlakukan semena-mena oleh orang lain dan menyadari bahwa, bila mereka diperlakukan baik tentu saja mereka akan memberikan reaksi yang sama. Untuk menghidupkan hati nurani dibutuhkan karma buruk, menerima hasil perbuatan buruknya kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun