Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dampak yang Ditimbulkan oleh Orangtua yang Memiliki Trauma

19 Maret 2024   08:26 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:34 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak memiliki hak untuk disayangi, dididik dengan lembut, dibelai, disekolahkan, diberikan nafkah, diberi rasa aman dari gangguan dunia luar.

Bukan sebaliknya, ia dilepas untuk menghidupi diri sendiri, dihujat dengan kata-kata yang tidak pantas dilakukan kepada seorang anak, tidak dibela, tidak diberikan rasa aman ketika ia di-bully oleh orang lain, tidak dijaga dengan baik. Yang ada hanya larangan dan larangan hingga anak menjadi takut, tidak percaya diri dan merasa dunia ini sangat kejam padanya, dunia kecil dalam diri seorang anak adalah kedua orang tuanya.

Seorang Ayah yang Memiliki Trauma

Dampak dari trauma adalah meninggalkan bekas luka di memori alam bawah sadar seseorang. Dan hal ini harus diselesaikan agar tidak memberikan dampak negatif kepada keturunannya. Setelah diterapi ternyata banyak hal yang di alami anak tersebut mulai dari penganiayaan secara verbal dan non verbal dari ayahnya. Ia menangis dan berteriak sejadi-jadinya saya sedih sekali melihatnya.

Menurut cerita ibunya, ayahnya ketika ia muda dulu tidak dizinkan orang tuanya untuk bersekolah. Ayahnya dilarang sedangkan adik-adiknya diperbolehkan untuk sekolah. Tindakan menyakiti lainnya juga dirasakan oleh ayahnya hingga akhirnya mencari sasaran yang tidak berdaya yaitu anak kandungnya sendirinya tanpa ia sadari.

Rasa sakit yang dialami oleh ayahnya tersebut terbawa hingga ia menua dan sulit keluar dari trauma tersebut hingga berbuat hal yang sama. Tentu saja ayah tersebut ingin keluar dari semua kesedihan tersebut tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, terlebih mereka yang mengalami kekurangan secara finansial dan merasa berat untuk biaya terapi. Banyak orang membiarkan masalah batinnya hingga berlarut-larut dan akhirnya merusak generasi tanpa disadari.

Walaupun banyak juga orang yang mengalami trauma tetapi tidak menimpakan traumanya kepada orang lain apalagi kepada anaknya sendiri. Mental mereka cukup kuat untuk menahan trauma tersebut dengan cara menyadari bahwa ia mempunyai takdir memiliki seorang ayah yang sulit merubah diri. Hanya rasa maklum dan mampu memaafkan yang bisa meredakan trauma.

Setelah saya banyak bertanya pada sesi terapi, ayahnya memiliki dendam kepada orang tuanya karena pernah dilarang untuk tidak bersekolah, padahal ia juga ingin bersekolah seperti adik-adiknya. Ia berpikir bahwa orang yang bersekolah pada akhirnya banyak yang menjadi pengangguran dan juga mengalami kesulitan finansial hanya itu pemahaman yang ia tanamkan ke dalam dirinya, bawah sadarnya lalu tubuhnya merespon kata-katanya dan ia juga melarang anaknya untuk tidak sekolah karena sekolah adalah hal yang sia-sia, padahal tidak demikian.

Siapa yang Harus Diterapi ketika Mengalami Trauma? 

Tentu saja orang yang mengalaminya dan orang yang menciptakan trauma. Bila penyebab trauma adalah orang lain yang bukan keluarga, yang diterapi yang mengalami trauma dan menghindari atau membentengi diri dengan banyak ilmu pengetahuan agar bisa menghindari lingkungan toxic yang menyebabkan trauma. Menghindari lingkungan toxic adalah cara efektif untuk mencegah trauma yang berkelanjutan.

Namun banyak juga orang tua yang mengalami trauma tidak merasa bahwa ia memiliki trauma. Mereka akan mengatakan bahwa anaknya bandel, tidak menurut atau sulit diatur. Padahal trauma yang dilepaskan kepada anak yang membuat anak menjadi sulit diatur dan para orang tua tidak mau untuk diterapi, akhirnya menambah trauma baru dan terjadi secara terus menerus hingga sang anak dewasa dan menikah juga menurunkan peristiwa yang sama kepada keturunannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun