Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dampak yang Ditimbulkan oleh Orangtua yang Memiliki Trauma

19 Maret 2024   08:26 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:34 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. The girl refuses to meet by covering her face with her wrists crossed and her palms open in front/shutterstock.

Setiap manusia pasti memiliki trauma dalam hidupnya dan dari semua kalangan baik yang kehidupannya berkecukupan maupun yang tidak. Kenangan selalu menimbulkan dampak positif dan negatif, terlebih pengalaman yang sangat menyakitkan dan berkali-kali akan menimbulkan bekas bagi yang mengalaminya.

Namun tidak banyak orang yang menyadari kalau ia sedang mengalami trauma berat, yang ia tahu hanyalah seolah hidup ini tidak berpihak padanya dan akhirnya menurunkan trauma baru kepada keturunannya.

Seorang ibu datang kepada saya bersama anak remaja yang berusia 14 tahun. Ibunya menceritakan bahwa anaknya sering melamun, setiap disebut tentang ayah ia selalu meneteskan air mata dan wajahnya selalu murung sulit sekali tersenyum.

Ibunya mengatakan bahwa anaknya tersebut tidak diperbolehkan sekolah karena alasan finansial dan hanya boleh bekerja membantu ayahnya sedangkan anaknya ingin sekali bersekolah tetapi tapi mendapat larangan keras dari kakak dan ayahnya.

Saya seketika berpikir kenapa ia dilarang sekolah hanya karena alasan finansial, sedangkan banyak juga orang yang tidak berkecukupan berupaya menyekolahkan anaknya hingga berhasil. Apa yang sedang terjadi dengan anak remaja itu? Mengapa ayahnya melarang anaknya untuk tidak sekolah? Apakah hanya karena tidak memiliki kemampuan untuk menyekolahkan sedangkan anaknya juga sambil berjualan untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan agar bisa bersekolah? Sebenarnya siapa yang harus diterapi, anaknya atau ayahnya?

Berikut penjelasannya:

Seorang Anak Terkena Imbas dari Perilaku negatif Ayahnya 

Sungguh memilukan melihat seorang anak yang tidak bersalah harus mengalami penganiayaan lahir dan batin dari ayahnya. Seorang ayah adalah cinta pertama yang dirasakan oleh anak perempuan ketika ia lahir, ia akan merasa tenteram ketika sang ayah melindunginya, menuntunnya dengan pengalaman hidup ayah yang hebat, memberikan nafkah dan hak sebagai anak termasuk untuk sekolah. Anak perempuan akan cenderung mencari pasangan hidup yang mirip dengan ayahnya, baik itu perilaku, tutur kata, cara melindunginya kelak namun ini yang terjadi justru sebaliknya.

Anak remaja tersebut justru tidak ingin menikah, ia merasa takut mengenal laki-laki karena ia khawatir akan bertemu dengan laki-laki yang seperti ayahnya, sangat memprihatinkan.

Sosok ayah yang seharusnya diidolakan berubah menjadi sosok yang menakutkan baginya. Sejak kecil ia diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, untung saja anak remaja tersebut tidak membalaskan sakit hatinya kepada orang lain karena ia menyayangi ayahnya namun ada sisi lain yang membuat ia menjadi seseorang yang sangat tidak percaya diri dan membiarkan dirinya larut dalam kesedihan dan keterpurukan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun