Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hebatnya Praktik Ilmu Tanam Tuai

5 Mei 2023   10:35 Diperbarui: 8 Mei 2023   00:07 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ilmu tanam tuai| Sumber: Istock

Ilmu tanam tuai atau hukum sebab akibat, sudah banyak dipraktikan sejak dulu hingga sekarang. Dalam islam juga terdapat ayat dan hadist yang menjelaskan bagaimana hebatnya ilmu ini bila dipraktikan ke dalam kehidupan. "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)" (QS. Ar-Rahman ayat 60).

Kita tentu pernah melihat, ada orang yang selalu mendapatkan kebaikan dalam kehidupannya, ada juga yang selalu didatangi musibah, ada pula yang bila ia berucap dan berkeinginan selalu menjadi kenyataan. 

Tidak sedikit pula yang sejak kecil hingga usia tua selalu mendapatkan kesenangan dan sebaliknya. individu yang selalu mendapatkan kemudahan dan kesenangan adalah individu yang mudah sekali merasa bersyukur dan bahagia.

Apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang selalu mendapat kesenangan dan mudah sekali untuk melewati kesulitan di dalam kehidupannya? Bagaimana ia mempertahankan kebahagiaan tersebut?

Siapa saja yang bisa melakukannya dan bagaimana mengatasi kejenuhan dalam proses pembersihan diri menuju kemudahan dalam praktik tanam tuai dan apa hubungannya bahagia dengan karma? Berikut penjelasannya.

Mudahnya Melewati Kesulitan Dalam Hidup

Sandungan dalam hidup terkadang membuat kita mudah panik dan tidak mampu melihat ke dalam diri, alhasil kita mulai menyalahkan apa yang ada di sekitar kita dan justru melakukan kejahatan karena merasa tidak berguna untuk melakukan kebaikan. 

Ketika kita menyalahkan orang lain, disitu mulai terjadi sistem tanam tuai dan keburukan yang dipetik tidak kunjung usai. Mengapa demikian?

Saat kita menyalahkan orang lain dan ditunjukan melalui kata-kata, gestur, dan mimik muka membuat orang lain tidak berkenan dan tersinggung. Secara tidak langsung kita telah menanam hal yang tidak baik untuk masa depan kita kelak. 

Ketika kita salah mempersepsikan persoalan yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, tetapi kita tidak mampu melihat siapa penyebab utamanya maka orang yang kita salahkan mulai memusuhi kita. 

Dampaknya kita akan dijauhi serta dighibah atau bahkan bisa saja mendapatkan fitnah darinya atau dari orang lain, sejatinya persoalan terjadi karena adanya campur tangan kita sendiri.

Tetapi ketika seseorang mendapatkan persoalan dan melihat persoalan tersebut hanya berhenti pada dirinya sendiri dan tidak meluas untuk menyalahkan orang lain, maka tentu saja yang ia hasilkan adalah buah dari solusi. 

Ia hanya fokus untuk menyelesaikan persoalan tersebut, mencari solusi, dan melanjutkan hidupnya untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Orang tersebut membuat target pencapaian untuk masa depannya dengan banyak melakukan kebaikan dan harapannya tentu saja membuahkan kebaikan.

Mudahnya seseorang melewati kesulitan dalam hidupnya dikarenakan kesabarannya dalam menjalani proses, fokus, dan tidak pernah berhenti melakukan perubahan-perubahan dan terobosan baru untuk menyelesaikan persoalan tersebut hingga persoalan tersebut benar-benar tuntas dan mampu mengkritik diri sendiri dan melihat dosa pribadi lalu memperbaikinya. 

Apa yang membuat persoalan selalu ada dan seolah betah berada didekat kita?

Tentu saja kebalikan dari yang saya tulis di atas, bahwa manusia cenderung berhenti ketika menemukan benturan, tidak tahan dengan proses dan berhenti melakukan perubahan karena merasa tidak ada yang berubah dari usaha yang dilakukannya.

Bagaimana Cara Seseorang Mempertahankan Kebahagiaannya?

Seseorang dikatakan bahagia ketika ia telah mengenali dirinya, mengetahui kelemahan serta kekuatan dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa bahagia bila kita sendiri tidak mengetahui apa yang membuat kita bahagia. 

Mungkin bila sekadar bahagia kita sering mengalaminya seperti shopping, berwisata ke tempat yang diinginkan dan lainnya, Tetapi yang sering terjadi setelahnya kerumitan di dalam pikiran kembali datang dan hilanglah rasa bahagia tersebut.

Untuk merasa bahagia manusia banyak melakukan cara hingga terkadang menuntut orang sekitarnya untuk membahagiakannya. Ia tidak menemukan kebahagiaan di dalam dirinya sendiri. Ia tidak mengetahui tombol Bahagia tersebut sebenarnya ada di dalam dirinya sendiri. 

Rasa bahagia dipicu oleh hormon bahagia yang ada di kelenjar pituitarinya sendiri, dengan melakukan hal-hal yang bisa mencetuskan aliran hormon ke seluruh tubuh maka kita akan mudah merasakan bahagia, tidak terlalu perlu menghabiskan uang untuk bisa merasa Bahagia.

Merutinkan kebiasaan baik yang dibutuhan fisik dan psikis seperti makan dan minuman yang sehat. Pandangan mata yang indah seperti melihat pepohonan hijau, mendengarkan musik relaksasi dan yang membuat hati senang, mendengarkan suara air hujan atau kicau burung, tidur yang cukup, mengecilkan masalah yang besar dan meniadakan masalah yang kecil, mudah tersenyum, mudah memaafkan dan meminta maaf, berolahraga, air putih yang cukup, mengurangi asupan kafein dan menggantinya dengan konsumsi buah-buahan. 

Kebiasaan baik ini sudah mencetuskan hormon bahagia dari kepala kita yang tiba-tiba kita merasa bahagia seolah tanpa sebab, tubuh terasa dialiiri oleh rasa bahagia yang lama, hati terasa damai dan level energi mulai meningkat.

Apakah rasa bahagia ini bisa bertahan lama? Tentu saja iya. Rasa bahagia ini tidak bisa dibuat-buat atau berpura-pura bahagia karena rasa benar-benar dirasa oleh individunya sendiri. Bagaimana cara untuk bahagia?

 Sering melakukan pola hidup positif maka hati mudah sekali untuk bahagia dan semua manusia bisa melakukannya, pilihan ada di setiap hati manusia,bila individu cenderung mempertahankan pola hidup yang negatif tentu saja ia akan merasa sulit untuk bahagia.

Mengatasi Kejenuhan dalam Proses Pembersihan Diri dan Tanam Tuai

Apapun yang terjadi di dunia ini selalu diiringi dengan proses, ada yang cepat dan ada yang lambat sesuai dengan kadar besar kecilnya penciptaan tersebut. Semakin kecil akan semakin cepat terselesaikan demikian pula sebaliknya. 

Namun banyak di antara kita yang tidak mampu melihat ke dalam dirinya dari apa yang telah dilakukannya dalam kehidupan, apakah itu dosa pada dirinya sendiri ataukah dosanya pada makhluk atau orang lain dan dosanya pada Allah SWT.

Kita selalu terburu-buru ingin mendapatkan hasil sehingga kita tidak tahan dengan semua proses yang harus dijalani. Kita cenderung merasa putus asa karena terlalu lama, seolah doa tidak terjabah dan kembali pada rasa putus asa dan membiarkan kehidupan berjalan lambat atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali dan berakhir pada kerusakan dan merusak kehidupan orang lain. Lalu bagaimana agar semua proses itu bisa terlalui dengan mudah?

Mencoba untuk berani mengkritik diri sendiri secara detil, berani melihat kesalahan apa saja yang sudah dilakukan karena telah terjadi hukum sebab akibat di dalam kehidupan pribadi. 

Seberapa besar kesalahan itu dan seberapa sering dilakukan di kehidupan yang lalu, disadari dosanya dan meminta maaf kepada orang yang disakiti dan meminta maaf kepada diri sendiri, juga memaafkan orang lain yang menyakiti. Lalukan setulus mungkin agar ikatan karma tersebut semakin melemah.

Mengapa setelah meminta maaf kehidupan masih belum ada perubahan? Karena orang yang disakiti belum memaafkan dari hatinya atau kita belum memaafkan orang yang menyakiti kita sehingga ada perasaan benci dan dendam yang merupakan energi negatif yang terkumpul sekian banyak dan lama. 

Meminta maaf tidak hanya sekadar meminta maaf tetapi hingga ia benar-benar memaafkan dan terurai simpul karma dalam kehidupan kita sendiri. Seberat itukah? Sebenarnya tidak berat asalkan dilakukan dengan penuh kesadaran dan ketulusan.

Mengganti hal buruk dengan melakukan kebaikan dapat mempercepat proses karma dalam kehidupan manusia. Sayangnya jarang manusia menyadari hal ini, baginya melakukan kebaikan harus dibalas dengan orang yang diberi kebaikan dan bila tidak terbalas membuatnya jera melakukan kebaikan lagi. 

Padahal kebaikan yang dilakukan tidak selalu dibalas oleh orang terkait tetapi bisa dibalas oleh orang lain yang tidak ada hubungan dengan sikap baik kita padanya dengan kebaikan yang sama seperti yang pernah kita lakukan kepada orang lain.

Hubungan antara Bahagia dan Karma

Bahagia dan karma tentu saja terkait karena orang yang telah terbebas dari karma akan bahagia. ia telah membayar semua "utang-piutang" dosa kepada alam semesta, dirinya sendiri dan kepada manusia. 

Sebagaimana kita telah mengeluarkan air mata orang lain sedemikian pula alam semesta ini akan membuat kita mengeluarkan air mata karena rasa sakit yang sama di derita oleh orang lain akibat perbuatan kita. 

Melalui seringnya kita melakukan kebaikan, introspeksi diri dan tidak mengulangi kesalahan yang sama maka secara perlahan dosa akan terkikis dan berubah menjadi hal yang positif akibatnya juga tentunya positif.

Saya sering mendengar bahwa seseorang merasa jenuh dan tidak peduli dengan kehidupan orang lain, yang ia tahu hanyalah kepentingannya sendiri saja, ia enggan berbuat kebaikan dan tidak memiliki empati terhadap hidup orang lain, dan saya melihat kehidupannya yang sering didatangi persoalan silih berganti. 

Saya juga sangat prihatin melihat kehidupannya tapi yang bisa mengubah kehidupannya ya hanya dirinya sendiri. Bagaimana orang lain bisa membantu sedangkan perbuatan yang ia lakukan hanya ia yang mengetahuinya dan tentunya ia harus membayarnya terlebih dahulu hingga lunas. Setelah lunas maka kebahagiaan akan mendatanginya dan ia akan menjadi seseorang yang lebih bijaksana menyikapi kehidupan. 

Karma buruk didapat dari keburukan yang selalu dilakukan di masa dulu dan karma baik didapatkan dari kebaikan dan kesabaran yang dilakukan di masa lalu. Tidak ada kata terlambat untuk mengubah kehidupan di masa yang akan datang dan dimulai hari ini.

Masa depan tidak pernah cacat dan manusia tidak bisa mengubah masa lalu untuk dilalui di masa sekarang, kita hanya bisa mengubah masa kini untuk masa yang akan datang, mungkin teman dan sahabat tidak akan mempercayai kita saat kita ingin berubah tetapi apakah hidup kita ditentukan oleh penilaian orang lain? Tentu saja tidak. 

Hidup kita yang menentukan diri kita sendiri atas izin Allah SWT, bukan orang lain.

Tabung kebaikan maka akan mendapatkan banyak kebaikan dari alam semesta ini dan membuat hati menjadi bahagia, begitu pula sebaliknya bila menabung kejahatan maka kesulitan hiduplah yang akan kita tuai dan membuat hati menjadi sempit. 

Melakukan kebaikan memang tidak mudah bila hati tidak ikhlas melakukannya, karena kebaikan selalu bersanding dengan hati sedangkan kejahatan selalu bersanding dengan akal muslihat. Jangan berhenti melakukan kebaikan walaupun kebaikan kita dipandang sebelah mata, tetapi bisa dirasakan oleh orang-orang yang memiliki hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun