Manusia cenderung merasa gelisah dengan persoalan yang datang silih berganti ke dalam kehidupannya dan ada pula yang santai menyikapi persoalannya. Mengapa manusia kerap mengalami kegelisahan atau bahkan tenang menghadapi apapun?
Tentunya hal ini berhubungan dengan bagaimana cara ia mengelola diri melalui pikiran dan perasaannya tersebut. Apalagi pada kondisi alam dan perilaku manusia seperti saat ini yang dapat menimbulkan rasa khawatir yang kuat.
Berbicara tentang pikiran dan perasaan sangat berkaitan dengan mental seseorang. Arti kata mental menurut KBBI berhubungan dengan batin dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga.Â
Mental berkaitan dengan jiwa yang berkemauan keras dan tegar dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi jiwanya. Ketika ia merasa tegar dan kuat menghadapi dan menyikapi berbagai persoalan ia dikatakan seseorang yang bermental.
Manusia cenderung menyalahartikan kata mental ini, bahwa seseorang yang bermental itu seolah harus melakukan perlawanan, marah dan menyerang atau melakukan suatu tindakan yang menyakiti orang lain. Padahal seseorang yang bermental adalah orang yang tegar dan kuat dalam menghadapi hempasan kehidupan yang dialaminya dengan keyakinan beserta ketenangan pada pikiran dan perasaannya.Â
Orang yang bermental adalah orang yang gigih dan mampu berdiri tanpa siapapun di sekelilingnya yang tidak memujinya, yang tidak mendukungnya dan lain sebagainya.
Perlukah manusia memiliki mental yang kuat? Apa dampak negatif bila memiliki mental yang lemah dan seperti apa mental yang lemah tersebut? Mengapa manusia cenderung menyerang, dan menghinakan kehidupan orang lain yang tidak bersalah padanya? Apa yang harus dilakukan untuk memiliki mental yang kuat? Berikut penjelasannya.
Mental yang Kuat
Perlukah manusia memiliki mental yang kuat? Tentu saja sangat perlu untuk membuatnya tetap tegak berdiri dengan semangat yang kuat menjalani segala aktivitas di dunia ini.Â
Menjalani kehidupan dengan berbagai fenomenanya membutuhkan mental serta solusi dan terdapat ciri yang mudah dikenali.Â
Ia akan menunjukan sikap dan perilaku yang seimbang dalam kesehariannya, ia tidak mudah terpengaruh dan memiliki gaya sendiri untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Ia memiliki sikap yang baik ketika menemukan persoalan dan tidak merusak dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Ia tidak mudah menerima hal-hal yang bisa merusak dirinya berupa perkataan yang tidak perlu dan bersifat merendahkan dirinya. Ia juga cepat pulih ketika ia mengalami "sakit" pada jiwanya yang terseret oleh perilaku kejam manusia di sekitarnya.Â
Pikiran dan perasaannya segera memulihkannya dari kondisi yang terpuruk menjadi lebih kokoh secara perlahan dan kembali menata dirinya. Ia mampu mengobati luka hatinya dengan cepat dan tidak mendendam kepada orang yang menyakitinya.
Seseorang yang memiliki mental atau jiwa yang kokoh tidak mudah dirusak oleh pihak luar. Baginya sikap dan perilaku orang lain yang tidak baik justru memberikannya amunisi untuk lebih kuat lagi menapakkan kakinya dan membuatnya lebih kokoh dan bermental baja.Â
Ia tidak membutuhkan masukan yang bersifat menjatuhkannya dan ia sangat peka dengan kalimat yang bisa menyeretnya kepada kelemahan diri.
Seseorang yang bermental bukanlah orang yang kasar dan kejam. Orang yang kuat tidak dilihat dari bentuk fisiknya dan kecepatannya menggunakan kata-kata untuk mengkritik orang lain secara subjektif, tetapi lebih kepada kekuatan psikisnya, ia mampu menahan segala rasa sakit dan hinaan yang menerpa dirinya dan keluarganya tetapi ada yang menguat di dalam dirinya. Namun ia tetap mampu memberikan senyum terbaik kepada orang yang merendahkan kehidupannya.
Mental yang Lemah dan Mudah Merendahkan Orang Lain
Bagaimana dengan individu yang bermental lemah? Individu ini mudah sekali dikenali. Ia mudah terombang ambing oleh perkataan orang lain, mudah terpengaruh, mudah membalaskan rasa sakit hatinya, mudah menghina dan menghardik orang lain tanpa sebab yang jelas mudah putus asa, mudah khawatir, mudah merasa takut dengan hal besar atau kecil. Ia juga mudah membenci sesuatu hal, sulit menerima nasihat dan lain sebagainya. Individu ini mudah menyerang dan melampiaskan kemarahannya secara terang-terangan dan mudah sekali menyakiti baik fisik maupun psikis dirinya dan orang lain.
Dampak dari memiliki mental yang lemah ini tentu saja merugikan dirinya dan orang di sekitarnya. Menimbulkan trauma pada orang lain dan dijauhi orang lain karena sikap dan perilaku tidak sehat yang dimilikinya. Ia akan mudah bersedih terhadap hal kecil yang menyinggung perasaannya, sulit bangkit dari keterpurukannya karena semangat hidup yang melemah, ia juga takut memulai hal baru karena rasa khawatir yang berlebihan pada pikiran dan perasaannya tersebut.
Dampak lainnya adalah seseorang yang bermental lemah cenderung mengurusi hidup orang lain daripada menata dirinya menuju arah yang lebih baik.Â
Ia akan sulit menemukan "diri" di dalam dirinya sendiri. Jiwanya kosong dan kehilangan semangat untuk "menghidupkan" dirinya lebih hidup lagi.Â
Ia cenderung melihat masa lalu yang pahit dan pasrah pada kejadian yang pernah dialaminya tanpa berani melakukan perubahan diri, sedangkan masa lalu tidak merusak masa kini dan masa depannya, yang bisa merusak masa kini dan masa depan adalah patah semangat, takut mencoba, menghakimi diri dan merendahkan dirinya sendiri.
Jiwa atau mental yang lemah adalah orang yang tidak senang dengan perubahan diri. khawatir dengan penilaian orang lain dan mengharuskan semua orang menyukainya.Â
Ia mudah terganggu bila mendapatkan kritikan yang bersifat membangun dirinya dan membenci orang tersebut.Â
Individu yang bermental lemah ini sangat membutuh dorongan dan bimbingan dengan kalimat yang menguatkan melalui kata-kata yang baik dan mengokohkan dirinya bukan hujatan dan hinaan.
Ketika seseorang yang memiliki mental lemah sudah dibatas kemampuannya ia akan cenderung merusak jiwa dengan menyerang dan merendahkan orang lain atau berbuat hal yang sama seperti apa yang dilakukan orang lain padanya.Â
Ia tidak memiliki self control dan berakibat tidak lagi peka terhadap lingkungan, ia tidak lagi memiliki apapun yang dapat membangkitkannya menuju pada keinginannya. Hanya pasrah pada kehidupannya yang terpuruk dan terus merendahkan dirinya ataupun orang lain.
Apa yang Harus Dilakukan Agar Bermental Kuat?
Tidak banyak orang yang diam ketika dihina, dicaci dan dikucilkan orang lain. Padahal salah satu penguat diri adalah "diam".Â
Mengapa diam merupakan penguat diri? Diam bagian dari ketenangan seseorang walaupun diam belum berarti tenang dan hening yang sesungguhnya. Diam adalah cara menuju ketenangan.
Diam dengan menyadari bahwa perkataan yang merendahkan dan kritikan yang bersifat subjektif tersebut tidak akan merubah diri sendiri menjadi seperti yang dikatakannya. Ucapan orang lain tentang diri sendiri hanya memberikan pelajaran bagi kita bahwa memperlakukan orang lain seperti cara mereka memperlakukan kita adalah tindakan yang tidak baik dan tidak perlu ditiru, hanya menimbulkan kebencian saja.
Diam memberikan efek tenang kepada diri sendiri, diam menuju ketenangan dan keheningan bersama diri sendiri dan memiliki getaran energi yang tinggi yaitu 540Hz.Â
Mengapa individu harus tetap tenang dan hening ketika banyak suara di luar dirinya dan mengapa ia harus menghindari orang-orang yang bermental lemah dengan semua kekuatan negatif yang mereka miliki?
Tentu saja untuk menyelamatkan diri dari keterpurukan mental dan tetap sehat bersama jiwanya sendiri, individu harus menghindari orang-orang yang senang merendahkan orang lain.
Energi yang tinggi dapat mempengaruhi alam semesta dan seisinya. Ketika seseorang berenergi tinggi maka banyak hal di sekitarnya akan mengikuti sesuai dengan apa yang dipikirkan dan yang dirasakannya.Â
Ia merasa lebih damai dengan dirinya dan tidak peduli dengan hal yang bisa merusak mentalnya tersebut. orang yang merendahkan tersebut juga dengan sendirinya akan merasa lelah untuk menandinginya lalu tidak lagi mengganggunya.
Tenang dan hening ini mudah diakses melalui diam, beribadah yang khusyuk, olahraga, berdzikir, meditasi, mendengarkan musik relaksasi dan lain lain. Ketika ia merasa tenang dan hening, ia akan mudah merasa bahagia dan mudah mendapatkan pencerahan dari apa yang sedang dialaminya, mudah menerjemahkan peristiwa yang datang kepadanya dan memudahkan seseorang memperoleh intuisi.Â
Ketika individu sudah berada pada energi tinggi ini, maka ia akan mudah menilai sesuatu dari sudut pandang orang lain dan mudah berempati kepada sesama.
Tidak hanya itu, ia akan sangat mudah meluruhkan kemarahannya, kekecewaanya, bangkit dari keterpurukan, ikhlas, menerima apa saja yang datang padanya dan memberikan pertolongan kepada orang lain dengan ikhlas. Energi tinggi ini memudahkan individu mendapatkan apa yang dipikirkan dan yang dirasakannya. Tubuh menjadi lebih sehat dan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa berburuk sangka.
Diam dalam arti tidak menyakiti orang lain yang menyakiti, namun tetap memberikan masukan kepada orang-orang yang berburuk sangka dan tidak mendiamkan hal yang salah.Â
Diam bukan berarti membiarkan orang memukul fisik kita ataupun orang lain. Siapa lagi yang bisa melindungi fisik dan psikis selain dari diri kita sendiri dan segera menghindar dari orang-orang yang sering "memukul psikis" orang lain adalah cara terbaik untuk tetap memperoleh kesehatan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H