Seiring dengan banyaknya perubahan-perubahan dalam kehidupan yang melibatkan pikiran dan perasaan, apakah mengenai bencana alam, berita yang menggetarkan emosi dan lainnya, membuat manusia menjadi cenderung sulit untuk tersenyum dengan tulus dan merasa bahagia.Â
Lagi-lagi bicara tentang bahagia dan apakah penting merasa bahagia? Mengapa rasa bahagia ini harus kerap diakses ke dalam kehidupan? Kebahagiaan yang telah terusir dari hati setiap manusia akibat dari ketidakmampuan kita mengendalikan pikiran dan perasaan saat didera persoalan.
Tekanan ekonomi, perilaku pergaulan anak, kejenuhan dalam rutinitas, berita yang sarat dengan hujatan dan hinaan, dan lain sebagainya membuat manusia sudah sangat sulit untuk tersenyum dan hidup dalam ketegangan.Â
Apa yang membuat kita menjadi sosok yang tidak bahagia? mengapa sering terjadi komentar hinaan dan hujatan dimana-mana? Bagaimana cara keluar dari rasa tidak bahagia ini di dalam hati masing-masing individu? Dan seberapa penting senyuman yang tulus di dalam kehidupan? Berikut penjelasannya.
Penyebab ketidakbahagiaan
Ketika kita membicarakan mengenai ketidakbahagiaan, seolah hal yang sangat sensitif dan membuat seseorang malu untuk mengakui bahwa dirinya tidak bahagia. Namun ketidakbahagiaan ini bisa terlihat dari cara ia menyikapi orang lain, apakah itu secara verbal dan non verbal. Seperti apa sebenarnya ciri-ciri tidak bahagia di diri seseorang?
Rasa bahagia yang sesungguhnya adalah mudahnya ia tersenyum dengan ketulusan hatinya karena ia dipenuhi oleh rasa bersyukur dalam hidupnya.
Rasa bersyukur sejatinya tampak dari raut wajah yang tenang dan damai, sehingga pembawaannya akan terlihat tenang dan selalu sukacita dalam berbagai hal. Ia mudah menerima segala kondisi, baik itu terjadi di dirinya maupun orang lain, tidak mudah terprovokasi dan selalu tegak dengan pendirian yang baik.
Rasa bahagia ini membuatnya tidak mudah menyalahkan orang lain, ia cenderung mampu menerima persepsi dari berbagai aspek dan mendamaikan orang yang berselisih, ia menebarkan energi bahagianya dengan tutur kata yang baik dan meneduhkan orang banyak.
Rasa bahagia ini mudah dideteksi dengan hal-hal positif yang dilakukannya, karena energi bahagia ini sangat tinggi (600 Hz) dan membuatnya menjadi tampak awet muda dan bersinar.
Menurut kajian sains, Ketika seseorang tersenyum ada 16 otot wajah yang digerakkan untuk membentuk senyuman manis berbanding 43 otot yang digunakan ketika wajah seseorang sedang masam atau cemberut.Â
Senyum ini merangsang pengeluaran endorphins (senyawa kimia otak untuk mengurangi rasa sakit). Senyum dapat mengubah mood dan memberikan sensasi bahagia kepada individu yang melakukan dan yang menerima senyuman manis.
Lalu, apa penyebab sulit tersenyum?
Karena tidak bahagia. Rasa sakit pada fisik atau psikis yang membuat seseorang sulit bahagia, apakah ia tidak mendapat perhatian, tidak terpenuhi segala keinginan, merasakan sakit pada tubuh, merasa terhina, merasa tidak berharga dan lain sebagainya.Â
Apakah cukup dengan senyuman yang diciptakan mampu menghilangkan kegalauan hati, meredakan rasa sakit pada fisik dan psikis? Tentu saja iya, namun secara perlahan terutama melibatkan pikiran pada hal yang menyenangkan dan tidak fokus pada ketidakbahagiaan yang ada.
Apa saja faktor ketidakbahagiaan tersebut? Tentu saja yang terjadi sebaliknya dari yang saya tulis di atas dan cirinya yaitu ia sulit sekali untuk tersenyum apalagi dengan tulus. Karena senyuman yang tulus datang dari hati yang bersyukur dan bahagia.
Kita perlu bertanya dalam hati kita apa penyebab sulitnya kita tersenyum dan bahagia? Ketidakbahagiaan dan kebahagiaan tersebut ada di dalam diri dan diri sendiri pula yang paling mengetahuinya.Â
Beberapa individu merasa kebahagiaan datang dari orang lain dan tidak akan bahagia bila orang yang diharapkan tidak membahagiakannya, mengapa semua beban dalam hidup ini kita pikirkan dan diletakan dalam hati kita dan dibawa kemana-mana hingga mempengaruhi mood dalam beraktivitas.
Pernahkah kita berpikir akibat jarang tersenyum, pasangan jadi menjauh dan berselingkuh hingga terjadi perceraian? Anak-anak merasa tidak nyaman, orang lain enggan dekat dengan kita, rezeki menjadi tidak mudah datang, penyakit mudah datang, masalah kecil menjadi besar, tubuh mudah lelah, dan sebagainya.
Mengapa bisa sehebat itu dampak negatifnya akibat kurang tersenyum?
Tentu saja, senyuman ini melibatkan hormon pituitari manusia (hormon bahagia).
Mengapa Kerap Terjadi Komentar Negatif Pada Orang Lain?
Seringnya kita melihat pemberitaan mengenai hujatan yang datang dari orang sekitar. Orang yang berbahagia dengan kehidupannya tidak akan menyikut dan menghina kehidupan orang lain apalagi yang sedang kesusahan dengan persoalannya. Ia akan sibuk menikmati kebahagiaannya sendiri daripada fokus pada kesulitan hidup orang lain dan justru malah mencercanya sepuas hati.
Rasa tidak bahagia ini bisa melebar hingga menciptakan rasa iri dan dengki dengan kehidupan individu yang lainnya, menurunkan semangat atau berputus asa, menyiksa diri sendiri dan orang lain dan sebagainya.
Menurut Betrand Russell seorang filsuf dan peraih Nobel Sastra bahwa kedengkian ini dialami oleh individu yang tidak bahagia kepada seseorang yang cenderung mengalami kehidupan yang bahagia dan di atas rata-rata. Apakah itu dari segi fisik, materi, pertemanan, persaudaraan dan lainnya, namun kita tidak menyadari bahwa menghujat adalah indikasi bahwa kita sedang tidak bahagia.
Keluar Dari Rasa Tidak Bahagia di dalam Hati Sendiri
Kebahagiaan tidak dapat diukur oleh apapun, materi hanyalah pengantar seseorang menuju kebahagiaan. Kebahagiaan dapat diakses melalui banyak hal diantaranya adalah tersenyum dengan tulus dan mendapatkan senyum dari orang lain, tidak menyikut orang lain, karena kehidupan ini seperti boomerang dan burung merpati yang akan kembali lagi kepada yang melepaskannya. Mengenang masa indah, menciptakan hal yang bermanfaat dengan membahagiakan orang lain, menghidupkan suasana dengan hal yang positif.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa energi positif di diri seseorang terlihat dari cara ia menyikapi orang lain dan aktivitas positif dalam kehidupannya.
Demikian pula energi negatif seseorang terlihat dari hal-hal negatif yang ia lakukan dalam kesehariannya, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.
Lebih fokus pada diri sendiri dalam hal kekurangan dan menata kembali apa yang pernah hilang dari diri sendiri, karena sejatinya setiap manusia memiliki kebaikan di dalam dirinya hanya saja terlupakan karena arus kehidupan yang menyeretnya pada hal-hal yang tidak berguna.
Mencoba untuk berdialog dengan diri, apa saja yang diingikan dan mencoba menciptakan keinginan-keinginan positif tersebut terealisasi dalam kehidupan.
Ketika seseorang sibuk ke dalam dirinya, tentunya banyak yang akan terjadi di dalam dirinya sendiri dan perubahan-perubahan positif akan ia dapatkan. Ia tidak lagi merasa bahagia dengan menghujat orang lain, ia akan sangat bahagia melihat orang lain bahagia dan ia akan bersedih ketika melihat orang lain bersedih.
Seberapa Penting Senyum yang Tulus Dalam Kehidupan?
Senyum membawa pahala, kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain, senyum memberikan kepercayaan orang lain kepada kita, senyum pula yang menandakan bahwa kita orang yang mudah didekati dalam arti yang positif.
Banyak sekali manfaat yang bisa dihasilkan oleh senyuman yang tulus, senyum pula yang membuat pasangan menjadi betah bersama kita dan cenderung dirindukan. Senyum juga memudahkan rezeki menghampiri, karena senyum adalah energi bahagia.
Namun senyum yang seperti apakah yang dimaksud? Tentunya senyuman yang tulus dan bermakna positif, bukan senyum sebelah bibir yang naik tetapi keduanya hehehe.. Kalau senyum sebelah namanya sinis ya.
Senyum sinis ini berakibat terjadi sebaliknya (merusak), baik dari sisi kesehatan fisik dan psikis diri sendiri maupun orang lain. Senyum sebelah atau senyum sinis ini berasal dari rasa marah, tidak suka, antipati dan perasaan negatif lainnya, tentu saja akan memperbesar persoalan yang sedang kita rasakan di dalam hati.
Kita tentu pernah tersenyum sinis seperti ini, apa yang kita rasakan? Gerakan senyum sinis ini didorong oleh perasaan negatif yang sedang terjadi di dalam hati.
Namun bila kita tersenyum seimbang dengan manis, banyak kebaikan yang akan kita dapatkan asalkan tidak senyum di sembarang tempat dan pada orang yang tidak tepat ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H