Senyum ini merangsang pengeluaran endorphins (senyawa kimia otak untuk mengurangi rasa sakit). Senyum dapat mengubah mood dan memberikan sensasi bahagia kepada individu yang melakukan dan yang menerima senyuman manis.
Lalu, apa penyebab sulit tersenyum?
Karena tidak bahagia. Rasa sakit pada fisik atau psikis yang membuat seseorang sulit bahagia, apakah ia tidak mendapat perhatian, tidak terpenuhi segala keinginan, merasakan sakit pada tubuh, merasa terhina, merasa tidak berharga dan lain sebagainya.Â
Apakah cukup dengan senyuman yang diciptakan mampu menghilangkan kegalauan hati, meredakan rasa sakit pada fisik dan psikis? Tentu saja iya, namun secara perlahan terutama melibatkan pikiran pada hal yang menyenangkan dan tidak fokus pada ketidakbahagiaan yang ada.
Apa saja faktor ketidakbahagiaan tersebut? Tentu saja yang terjadi sebaliknya dari yang saya tulis di atas dan cirinya yaitu ia sulit sekali untuk tersenyum apalagi dengan tulus. Karena senyuman yang tulus datang dari hati yang bersyukur dan bahagia.
Kita perlu bertanya dalam hati kita apa penyebab sulitnya kita tersenyum dan bahagia? Ketidakbahagiaan dan kebahagiaan tersebut ada di dalam diri dan diri sendiri pula yang paling mengetahuinya.Â
Beberapa individu merasa kebahagiaan datang dari orang lain dan tidak akan bahagia bila orang yang diharapkan tidak membahagiakannya, mengapa semua beban dalam hidup ini kita pikirkan dan diletakan dalam hati kita dan dibawa kemana-mana hingga mempengaruhi mood dalam beraktivitas.
Pernahkah kita berpikir akibat jarang tersenyum, pasangan jadi menjauh dan berselingkuh hingga terjadi perceraian? Anak-anak merasa tidak nyaman, orang lain enggan dekat dengan kita, rezeki menjadi tidak mudah datang, penyakit mudah datang, masalah kecil menjadi besar, tubuh mudah lelah, dan sebagainya.
Mengapa bisa sehebat itu dampak negatifnya akibat kurang tersenyum?
Tentu saja, senyuman ini melibatkan hormon pituitari manusia (hormon bahagia).