Berbicara tentang menstruasi tentunya berhubungan dengan hormon estrogen (FSH) dan progesteron (LH) yang sedang mengalami perubahan fisiologi secara berkala. Hal ini biasa terjadi setiap bulan sejak menarche (mentruasi pertama) hingga menopause (mentruasi berhenti).Â
Saat siklus haid tiba perempuan merasakan beberapa gejala yang jelas terlihat dari wajahnya yang lebih tegang dan kaku seolah menahan kemarahan, pembengkakan di bagian tertentu, merasa pusing, mual dan lainnya.Â
Menurut dr.Sepriani, rasa yang kurang nyaman ini terkadang mengubah suasana hatinya karena dipengaruhi oleh hormon serotonin (hormon bahagia) yang menurun dan menaikan hormon lainnya.Â
Dampak dari turunnya hormon bahagia ini membuat wanita jadi mudah marah, sensitif, depresi atau ingin mengonsumsi makanan tertentu. Selain itu hilangnya kandungan dopamine dan gamma-amynobutyris acid (GABA) yang menjadi penyebab wanita lebih sensitif ketika haid.
Fungsi GABA untuk membatasi aktivitas tubuh yang berkaitan dengan stress dan kecemasan. Terbayangkan oleh kita betapa tidak nyamannya seseorang yang mengalami kecemasan dan tentunya mempengaruhi ekspresi wajah, suara dan tingkah laku.
 Hal ini perlu dipahami oleh individu yang sedang haid dan orang sekitarnya, karena ia bisa saja tiba-tiba marah dan membentak seseorang terhadap hal kecil sekalipun, seolah membenci dan tidak ingin dekat dengan siapapun walaupun bukan keinginannya seperti itu.
Dampak yang Ditimbulkan
Sedikit cerita tentang dampak haid bagi psikis diri sendiri dan orang lain, ketika itu teman saya sedang mengalami haid yang sangat hebat, orang di sekitarnya tidak memahami situasi ini dan mulai memaksakan kehendaknya dengan menyuruhnya melakukan pekerjaan yang melebihi kapasitasnya, dan yang terjadi ia melempar barang dan mengamuk sejadi-jadinya.Â
Alhasil orang sekitarnya mengira ia sedang kesurupan atau depresi padahal hanya karena nyeri haid yang ia rasakan ketika itu.Â