Alam semesta menyimpan banyak rahasia dan sedikit demi sedikit terkuak seiring dengan berkembangnya peradaban manusia.Â
Alam semesta memiliki keseimbangan agar kehidupan makhluk hidup di alam semesta ini dapat berjalan sebagaimana mestinya, disadari atau tidak segala sesuatu yang terdapat di dunia ini bermuara pada energi, frekuensi dan getaran.Â
Alam semesta menciptakan harmoni yang sempurna berdasarkan hukum universal yang mengatur segala yang ada di dalamnya.
Ketika manusia harus menjalani kehidupan berbeda dari rotasi kehidupannya sering kali ia merasa kecewa, marah, dan membenci keadaan tersebut padahal sebenarnya sedang terjadi perubahan di dalam atmosfer kehidupannya yang berasal dari pikiran dan perasaannya sendiri.Â
Manusia cenderung tidak menyadari jalan pikirannya hingga alam ini membawanya kepada titik yang sesuai dengan apa yang dipikirkannya cepat atau lambat hal tersebut akan terjadi. Semakin kuat getaran energi yang ia lepaskan maka energi tersebut beresonansi kepada hal yang diinginkannya.
"Allah mengikuti sangkaan hambanya". (Hadist Qudsi).
Pernahkah kita merasakan hidup ini seolah tidak adil dan tidak memihak, seolah dunia ini meninggalkan kita sendirian, dikucilkan, dicari-cari kesalahannya? Atau diberhentikan dari pekerjaan sebelumnya dan kasus serupa lainnya.Â
Ada apa sebenarnya hingga itu terjadi pada kita, mengapa kita selalu seolah terlihat salah di mata manusia? Bagaimana menyikapi hal ini dan apakah kita harus membenci atau malah bersyukur? Berikut penjelasannya.
Hidup Seperti Bola Ping Pong
Tentu banyak dari kita mengalami hidup seperti bola ping pong, ditangkis ke sana dan ke sini oleh orang tertentu seolah ia tidak menginginkan kita berada di tempat yang sama dengannya.Â
Didorong ke sana, lempar ke mana sesuka hatinya sehingga membuat kita marah dan kecewa terhadap perilaku orang di sekitar kita. Rasanya ingin membalaskan sakit hati tersebut dan membuat hal yang sama seperti yang ia lakukan, namun hal itu tidak perlu dilakukan karena sebenarnya kita sedang mengalami perubahan di dalam alam pikiran kita sendiri.
Hukum getaran sedang mewarnai kehidupan kita saat itu. Ketika kita sedang tertarik atau fokus dengan suatu ilmu tertentu atau ingin memiliki pekerjaan yang lebih baik sedangkan pendapatan kita di tempat yang lama tidak memadai untuk kelangsungan hidup.Â
"Antena" pada otak kita mengeluarkan signal untuk mencari dan melakukan resonansi berdasarkan suara batin ke alam semesta ini, tentunya ketika tertarik pada suatu hal akan terjadi reaksi menarik hal tersebut ke dalam kehidupan secara hukum tarik-menarik di alam semesta ini.
Semakin sering memikirkannya akan semakin kuat getaran yang dipancarkan menuju hal tersebut sehingga atmosfer kita akan berubah dan tercipta suasana yang tidak mengenakan, alam semesta sedang menyusun kehidupan kita yang baru di tempat lain.Â
Perubahan tersebut membuat kita terlempar dari tempat sebelumnya agar kita mudah menuju hal yang kita pikirkan (pekerjaan yang baru). Hanya saja kita tidak menyadari hal ini, alhasil kita menjadi berburuk sangka dan membenci situasi yang sedang terjadi dan menjauhi orang-orang yang sebenarnya sedang menolong kita menuju keinginan.
Mendorong orang lain tanpa berbuat kesalahan dan melepaskannya dengan rasa kesal tentu membuat "korbannya" menjadi bingung, kenapa ia diperlakukan seperti itu.
Padahal ada rahasia yang akan terungkap dalam waktu yang tidak lama yaitu "hadiah yang masih bersifat rahasia" dari Allah SWT untuknya, sesuai dengan cepatnya laju pola pikirnya saat itu.Â
Itu mengapa kita harus berterima kasih kepada orang yang "mencampakan kita" dari situasi lama tersebut dan mulai menata hidup pada keberhasilan yang kita pikirkan.
Coba kita sedikit mengingat masa lalu, ketika kita diperlakukan seperti bola ping pong apakah kita terpuruk?Â
Ketika terpuruk berarti pikiran yang kita lepaskan tidak baik hingga getaran itu menarik dan membawa keterpurukan itu dalam kehidupan kita dan itu yang kita pikirkan, sadar atau tidak sadar kita telah menarik kata terpuruk yang sering kita ucapkan kepada orang lain masuk ke dalam kehidupan sendiri.Â
Terjadi sebaliknya, apakah ketika kita dijadikan bola ping pong oleh orang lain dan kehidupan kita lebih baik dari sebelumnya, ini yang dikatakan bahwa kita telah melepaskan pikiran-pikiran baik dan semangat yang tinggi kepada perubahan hidup dan getaran tersebut menyebabkan hukum tarik menarik dan menjadikan kehidupan berubah seperti apa yang kita pikirkan.
Situasi yang lama terlepas dari kita dan kita mendapatkan hal baru di masa depan, ini cara alam semesta melakukan hukum-hukum universal yang ada di dalamnya dan dikendalikan oleh pikiran-pikiran manusia yang berisi energi yang kuat.Â
Bagaimana dengan perilaku orang yang tidak baik yang bersiasat dan menggunakan pikirannya untuk menjatuhkan orang lain? Tentunya ia yang akan mendapatkannya bukan calon korbannya.Â
Hal ini berhubungan dengan persepsi yang ia bangun sendiri dan tentunya ia yang mendapatkannya, itu pikiran dia sendiri tentu ia yang merasakannya.
Kesalahan yang dibuat dan dicari-cari oleh orang tertentu kepada kita hanyalah sistem dan pola yang tidak lagi sama yaitu tidak satu frekuensi dengan kita. Ia berada pada frekuensi A dan kita ada di B, hingga terjadi gesekan dan tentunya menimbulkan rasa panas dan tidak nyaman.Â
Sifat energi akan mengalahkan yang lemah, melebur hingga menjadi satu. Ketika kita tidak dapat dikuasai oleh oknum tertentu menandakan ada bentuk energi yang lebih kuat di diri kita dan terlempar hingga kita menjadi sosok yang independent bila energi tersebut positif.
Bagaimana Menyikapi Fenomena Ping Pong Dalam Kehidupan Â
Seperti yang telah diulas di atas bahwa kita hanya bisa menjalaninya dengan pikiran yang positif, karena dengan begitu hidup menjadi lebih tenang dan bahagia.Â
Bila kita masih ingin berada di tempat tersebut tentunya tidak menciptakan pikiran yang bertolak belakang dari keinginan yang sebenarnya. Bila orang Indonesia berbahasa Indonesia maka alam semesta ini menerima Bahasa dengan energi yang ia terima dari manusia (Bahasa alam semesta adalah energi).
Saya analogikan seperti ini, kita saat ini berada pada level satu namun kita menginginkan berada pada level sepuluh, tentunya kita akan melewati tahap dua hingga sembilan dan cenderung mengalami kehidupan seperti bola ping pong.Â
Dilempar sana-sini, dicampakan agar keluar dari zona nyaman saat itu, namun untuk mencapai level yang tinggi perlu pendorong dari pikiran positif.Â
Ketika dicampakan kita berpikiran positif maka proses loncatan dalam atmosfer kehidupan tidak terlalu lama hingga tiba-tiba kita dapat mencapai level sepuluh, namun ketika kita menyikapi kejadian dari pikiran negatif tentunya kita tidak akan beranjak dari level yang ada.
Haruskah membenci orang atau keadaan?, padahal sebenarnya mereka menolong kita untuk keluar dari zona nyaman saat itu menuju ke level yang kita inginkan sesuai apa yang kita pikirkan.Â
Apa jadinya ketika mereka tidak menggunjing dan menghina kita, tentu kita akan tetap berada di sana dan tidak pernah menuju pada apa yang diinginkan.Â
Ketika kita menginginkan menjadi sosok yang independent atau seseorang yang bermanfaat untuk orang banyak sangat kuat, tentunya kita keluar sebagai pemimpin tapi kita berada di bawah kendali orang lain, kapan terwujudnya keinginan itu hehehe.
Apa yang terjadi selalu membawa berkah dan kebaikan bila kita bisa melihat dari sisi positif dan dapat terjadi sebaliknya.Â
Kita akan terlihat sebagai pembangkang dan pembantah ketika kita tidak sama dengannya secara pola pikir namun di dalam diri masing-masing tentu sedang terjadi proses yang hanya kita masing-masing yang mengetahuinya.Â
Pergulatan tersebut terjadi di dalam diri setiap manusia berasal dari energinya sendiri yaitu adanya energi negatif dan positif yang sedang berusaha saling mengalahkan dan akan keluar sebagai pemenang dan akan tampak dari sikap dan perilakunya, sikap positif itulah energi positif dan sikap negatif itulah energinya.
Bola ping pong itu dipukul supaya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan terjadi pergerakan. Demikian pula fenomena dalam kehidupan, manusia dipukul dengan berbagai peristiwa agar beranjak dari zona nyaman dan menemukan hakikat dirinya sendiri, bertemu dengan keinginannya.Â
Seperti inilah cara alam semesta berbicara kepada kita, sesuai dengan Bahasa energi yang kita gumamkan padanya melalui bisikan hati dan pola pikiran kepadanya.Â
Kita tidak menyadari bahwa kita sedang berbicara dengan alam semesta ini dan cenderung mengabaikan jawaban darinya atas keinginan kita agar alam semesta ikut campur dalam perubahan-perubahan hidup kita, yang ada kita hanya menyalahkan pihak lain atas ketidaknyamanan yang kita rasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H