Ia bercerita kepada saya dengan rasa sedih dan ingin sekali merubah semua itu dan pada akhirnya ia bercerita bahwa ia diperlakukan tidak baik ketika masa kanak-kanak, bukan dari orang tuanya tapi dari orang sekitarnya yang sering membuatnya terdiam.
Sering juga kita melihat orang disekitar kita menakut-nakuti anak dengan kalimat "jangan kesana, ada hantu loh!", "iih jelek banget sih kamu", atau "dasar anak ga tau diri".Â
Kalimat ini adalah kalimat toxic yang merusak mental, keberanian dan rasa percaya diri anak. Tentunya kita sayang kepada anak-anak kita yang merupakan miniatur dari diri kita, pastinya kita tidak ingin menyakiti hatinya dengan Bahasa yang dapat melukai hatinya.
Orang tua diberi kepercayaan oleh Allah seorang keturunan untuk diberi perhatian, cinta dan kasih sayang. Anak bukan sebagai penghias rumah dan hanya sekedar menunjukkan bahwa kita mampu memiliki anak-anak, tapi banyak tugas yang diemban oleh orang tua.Â
Menghindari kalimat toxic pada mereka juga merupakan cara kita mencintai mereka, mengatakan kalimat sayang dan cinta yang tulus kepada buah hati dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian dalam mencoba hal positif dalam hidupnya.
Apa yang Harus Dilakukan Bila Berada Di antara Toxic Parenting
Tentu tidak mudah bagi seorang ibu yang bekerja untuk menitipkan anak kepada orang lain yang tidak ada hubungan darah dengannya, karena tentunya rasa kasih dan sayangnya tidak akan sama.Â
Perlunya melihat dan melakukan observasi yang dalam kepada orang yang akan dipercaya untuk menjaga buah hati tercinta. Walaupun tidak menjamin bahwa orang terdekat pun memiliki kondisi mental yang baik.
Menjauhkan anak dari toxic parenting adalah cara terbaik agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Mengamati kepribadian dengan tutur kata dan perilaku calon parenting penting sekali agar kita mengetahui pola apa yang akan diturunkannya kepada anak-anak kita.Â
Orang yang tutur katanya lembut dan sabar, memiliki sifat penyayang, tenang, cerdas, peduli dan memprioritaskan kebutuhan anak layak mendidik seorang anak agar tumbuh menjadi pribadi yang sabar, tenang dan pintar menata emosi.
Anak merupakan generasi penerus bangsa. Bila generasi penerus ini tumbuh menjadi sosok yang percaya diri, penyayang, memikirkan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri, senang menolong orang lain, dan kebaikan lainnya, tentu ia akan sangat didambakan memimpin sesuatu dengan adil dan penuh dengan kasih sayang.Â