Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dampak Toxic Parenting

14 Juli 2021   09:12 Diperbarui: 17 Juli 2021   09:01 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang menjadi dilema bagi wanita karier yang menitipkan anak-anak kepada orang yang kurang tepat secara perangai. Anak-anak yang otak cerminnya masih sangat kuat dapat meniru tindakan dan perilaku serta kata-kata orang yang mengasuhnya. Pola asuh tersebut dapat terduplikasi oleh Ananda.

Membentak, mendelik, memukul, mencubit, menghina atau membully, menyudutkan atau menyalahkan, mengancam, menakut-nakuti anak merupakan toxic bagi mentalnya. 

Anak yang diperlakukan seperti ini akan membuat dirinya tumbuh menjadi sosok yang kasar, pemarah, penakut dan pemalu. Ia akan jauh dari rasa percaya diri dan tidak ingin mencoba banyak hal karena selalu disudutkan dan disalahkan.

Para toxic parentingpun demikian, ketika ia kecil mengalami hal yang sama dari para parenting sebelumnya. Kurangnya ilmu pengetahuan tentu membuat para parenting akan bersikap sesuai dengan emosi yang sedang dirasakannya. Menimpakan kekesalan di masa kecilnya kepada orang lain yang tidak bersalah.

Tanpa sengaja atau memang dengan disengaja kita pernah menyuruh anak untuk diam, dengan membentaknya dan berkata "DIAM!" maka setelah ia dewasa ia akan sering terdiam, tidak berani bicara sebelum disuruh berbicara atau bahkan disuruh bicara ia akan tetap terdiam. 

Menjadikannya tidak percaya diri, mudah cemas ketika disuruh berbicara. Bentakan tersebut merupakan bentuk trauma yang menempel pada memorinya tentang "seolah bicara itu tidak perlu".

Dampak Racun Mental dari Toxic Parenting

Seperti yang telah diulas di atas bahwa kalimat negatif akan membuatnya menjadi sosok yang tumbuh dengan rasa percaya diri yang kecil, penakut, pemarah, pemalu, dan dapat terjadi pada tingkat lanjut yaitu iri, dengki, egois, pecandu narkoba, penjahat, penyebar fitnah, tidak senang melihat orang lain bahagia. Efek lanjutan ini dipengaruhi dari watak dan kepribadian masing-masing yang memiliki trauma tersebut.

Dididik oleh toxic parenting maka kemungkinan besar di masa dewasanya akan menjadi toxic people, bila ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian dari toxic tersebut maka dengan perasaan tidak bersalah, ia akan mulai melukai orang lain dengan  hal yang sama seperti toxic parenting yang pernah mendidiknya. 

Persis sebuah cermin, ia akan menjadi sesuatu yang sama sesuai dengan orang yang mendidiknya. Baik sikap pendidiknya, maka akan baik pula perilaku yang dididik, begitu juga sebaliknya.

Saya pernah berdialog dengan seseorang yang terlihat percaya diri. Ketika ia dipercaya membawakan suatu acara, ia menjadi cemas dan takut untuk maju ke podium hingga tidak dapat bergerak, terpaku bahkan bergetar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun