Gelombang otak terdiri dari beta, alpha, theta, delta dan gamma. Dimana masing-masing frekuensi otak akan berbeda sesuai dengan kondisi pikiran dan perasaan. Getaran frekuensi menciptakan jumlah impuls perdetik dengan satuan hertz (hz).
Kondisi pikiran dan perasaan yang berasal dari aktifitas sehari-hari atau dari kondisi mental seseorang, kondisi keduanya adalah pencetus mood.Â
Dapat dibayangkan bila manusia berada pada kondisi emosi negatif setiap harinya, maka frekuensi otak akan meningkat, berada pada gelombang beta (12-19hz). Bila tidak terkendali maka emosi negatif bisa berada pada posisi gamma (16hz-100hz) atau anxiety (insecure) hingga depresi.
Frekuensi otak yang terlalu tinggi bukan saja merusak mood, menggangu kesehatan fisik tapi dapat pula merusak otak itu sendiri.Â
Kendali dari kesehatan otak ada pada bagaimana individu tersebut mengatur emosinya dengan baik. Melepaskan dan menerima informasi kedalam bank memorinya dengan selektif.
Mood dapat diatur dengan menurunkan frekuensi otak dari yang tinggi ke rendah, mengkondisikan pikiran menjadi tenang atau mengontrol pikiran yang intens terhadap sesuatu hal yang negatif menjadi positif.Â
Saat individu melakukan upaya menurunkan frekuensi otaknya menjadi tenang maka pikiran menjadi stabil dan mendapatkan mood yang diinginkan.Â
Membiarkan frekuensi otak pada getaran yang tinggi dapat membuat individu tersebut mengalami banyak gangguan kesehatan lahir dan batin.Â
Otak merupakan tempat penyimpanan memori, tempat mengakses memori jangka pendek dan jangka panjang. Sebagai alat untuk merespon input dari luar, menerima dan mengirim informasi.Â
Otak juga sebagai kumpulan kabel saraf yang harus dibentuk terus jalur rutenya agar tidak mudah "samar" atau cepat mengalami demensia.
Antara kelenjar pituitari dan amydala saling terkait untuk menciptakan mood seseorang. Dimana kelenjar tersebut akan mengeluarkan hormon bahagianya dan memori masa lalu yang tersimpan dengan kuat.Â