Umumnya manusia sering membiarkan perasaan tidak bahagia mendera keseharian hingga ujung usianya. Mengapa begitu penting perasaan bahagia ini hingga sering didengungkan berkali-kali pada moment tertentu dan pada kegiatan atau acara yang berhubungan dengan psikis manusia. Kebahagiaan sangat berperan dalam menanggulangi banyak hal dalam hidup.
Kebahagiaan berasal dari produksi hormon di dalam tubuh, dapat distimulasi dengan teknik tertentu atau menciptakan suasananya agar hormon tersebut terproduksi dan mengaliri seluruh tubuh manusia.
Hormon oksitosin, bukan saja sebagai pencetus kontraksi pada saat akan melahirkan, melancarkan ASI, tapi juga sebagai pencipta rasa cinta kepada anak, suami, istri, dan orang lain, penghalau stress dan depresi bahkan dapat mencetuskan ide kreatif.
Hormon yang dihasilkan dari kelenjar pituitary yang ada di dalam otak merupakan happy chemicals. Bahan kimia otak tersebut adalah dopamin, oksitosin, serotonin dan endorphin.
Empat hormon bahagia ini wajib mengaliri tubuh manusia agar manusia dapat memotivasi diri, meningkatkan kekebalan tubuh, terhindar dari stress dan depresi, berpikir positif, menghilangkan rasa sakit secara alami dan menemukan banyak ide dalam hidupnya.
Bila manusia mudah mengalami stress hingga depresi, maka orang tersebut dapat dikatakan kurang mendapat suplai hormon oksitosin dari otaknya keseluruh tubuh. Tidak mampu mencerna banyak hal lebih dalam dan kurangnya ide serta inovasi. Ide yang selalu terhalang dan terbatas dari dalam pikiran sehingga membuat mereka meninggalkan ide yang ada dan cenderung stress, tidak mudah merasakan kebahagiaan.
Hormon Oksitosin
Reaksi hormon Oksitosin atau hormon cinta ini sering kita rasakan dalam keseharian, pada saat sang ibu atau ayah merasakan kasih dan sayang kepada buah hatinya. Sang ibu memasak makanan kesukaan anak atau bahkan bagaimana bunda berusaha dengan keras agar anak-anaknya mendapatkan apa yang diinginkannya dalam hal yang positif.
Demikian pula dengan ayah akan menyayangi anak dengan mencari cara agar anak-anaknya sukses dengan pola seorang ayah.
Pola individu dalam menciptakan kebahagian untuk keluarganya tersebut dapat menstimulasi otak agar memproduksi hormon oksitosin ini. Tidak selalu berteriak dan marah kepada orang sekitarnya, tidak saja orang lain yang mendapatkan hal negatif dari kurangnya terproduksi hormon ini dirinya tapi juga membuat orang yang marah tersebut mengalami hal yang sama.
Pada saat manusia mendapatkan suplai yang baik dari hormon oksitosin dari otaknya, maka orang tersebut mudah untuk mendapatkan kecerdasannya dan mengembangkan potensi yang ada di dirinya. Datangnya ide karena rasa kasih dan sayang pada sekitarnya. Mudah menciptakan gagasan dalam kehidupan.
Di dalam keluarga yang bahagia akan melahirkan generasi yang bahagia demikian juga sebaliknya. Ketika orang tua jarang memeluk anak, tidak memberikan kalimat pujian, dll, anak akan tumbuh menjadi sosok yang tidak bahagia, pemurung dan pemarah, pada akhirnya berpotensi merusak banyak hal.
Untuk mendapatkan hormon ini apakah harus jatuh cinta terus?, tentu berbeda yang dimaksud cinta ini terhadap apa dan siapa. Hormon cinta yang dimaksud adalah kasih dan sayang kepada seluruh makhluk. Cinta tidak terbatas hanya kepada lawan jenis saja namun memiliki spektrum yang sangat luas.
Hormon oksitosin menghasilkan kepercayaan, memori yang berhubungan dengan hal yang positif, empati, kesetiaan, Bahasa dan komunikasi yang positif.
Oksitosin juga merupakan pencetus ide, menajamkan intuisi, menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Dapat menghasilkan karya dan tentunya menciptakan pundi-pundi uang.
Cara Menstimulasi Oksitosin
Mungkin banyak yang mengetahui apa itu hormon dan yang mereka lakukan adalah dalam rangka menciptakan kebahagiaannya. Namun hanya sekedar melepaskan penat dan sekedar bahagia saja, tidak berikut inspiratifnya. Ketika pulang kembali pada keadaan semula dan cenderung terulang atau bahagia yang tidak berlangsung lama.
Bagi para penulis atau para pencipta sebuah karya yang lainnya tentu memiliki moment tertentu untuk mendatangkan ide ke dalam pikirannya. Ada yang berada di alam terbuka dengan mendapatkan udara yang sejuk berikut pemandangannya. Suasana tersebut menciptakan rasa bahagia dan membuat individunya menemukan ide, sambil mendengarkan musik, traveling, dll.
Ada yang senang mengaji, berdzikir, bersedekah bagi para umat muslim juga dapat mengeluarkan hormon ini karena mendatangkan rasa bahagia di hatinya. Berdansa, bernyanyi, mendengarkan musik yang disukai, melukis, membaca, dll, melakukan sesuatu sesuai dengan hal yang disenangi dapat membuat hati menjadi bahagia. Rasa bahagia itu juga dapat melahirkan ide bagi orang-orang yang kreatif.
Cara mengeluarkan hormon ini tentunya dari 3 sumber yang ada di diri manusia. Orang visual melalui pemandangan yang dilihatnya, orang auditori dari musik atau suara alam seperti gemericik air, suara kicauan burung, dll. Orang kinestetik dari perjalanan atau melakukan traveling ke-tempat yang disenanginya. Menggunakan cara otak menangkap informasi dari luar dirinya tersebut dapat memicu hormon ini agar terproduksi dan membanjiri tubuh.
Hal yang Membuat Oksitosin Kurang Terproduksi
Kehidupan yang monoton dan membosankan, melihat, mendengar, melakukan gerak atau aksi yang tidak baik dan tidak diinginkan juga penyebab oksitosin tidak terproduksi dengan baik. Sehingga dapat menimbulkan stress bahkan depresi. Mencerna hal yang tidak perlu dan bereaksi terhadap hal yang sia-sia dapat menjauhkan individu tersebut dari rasa bahagia.
Menjaga panca indera dari hal yang negatif merupakan cara manusia untuk menjaga hormon oksitosin tetap terproduksi dengan baik. Menciptakan suasananya terlebih dahulu maka akan menghasilkan hormonnya. Sering yang terjadi diluar sana malah yang sebaliknya, yaitu menuntut kebahagiaan dari orang lain untuk menjadi bahagia.
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan rasa bahagia ini. Pikiran mudah teralihkan dari hal-hal yang tidak perlu menjadi sesuatu yang berenergi dan bermanfaat. Apabila menciptakan suasana dan pola yang tidak baik maka hormon yang dihasilkan sesuai dengan pola yang diciptakan, seperti kalimat ini, "kamu adalah apa yang kamu lakukan."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI