Mengapa Manusia Harus Memiliki Harta
Harta sering disalahartikan dan diidentikan dengan sesuatu yang ekstrim. Tanpa harta tersebut kita tidak dapat membantu orang lain atau memenuhi kebutuhan orang terkasih. Kita hanya dapat memberikan doa untuk mereka.
Sedekah menggunakan uang. Bahkan banyak diantara orang-orang bersedekah berasal dari orang yang memiliki kehidupan sederhana, apalagi memiliki harta, maka akan sangat leluasa memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan. Siapa yang tidak ingin membuat orang lain tersenyum karena uluran tangan kita?
Mengelolah titipan Allah (harta) kedalam perbuatan amal dan kebaikan dengan memberikannya kepada keluarga dan orang yang membutuhkan. Harta akan membahayakan bila kita yang dikendalikan olehnya dan menjadikannya tuan atau majikan. Namun bila sebaliknya justru menyelamatkan hingga akhirat.
“ketika harta berada di- tanganmu, bukan di-hatimu, dia tidak akan membahayakanmu, walaupun jumlahnya banyak. Sebaliknya, ketika harta itu dihatimu, dia akan membahayakanmu, walaupun harta itu tidak ada sedikitpun di-tanganmu" (Ibnu Qayyim, Madarijus Salikin, 1/463).
hati adalah tempatnya niat. Ketika niat baik dalam memperoleh harta tersebut maka hati mudah mengendalikannya. Saat hati diduduki atau dikuasai dengan harta maka akan terjadi sebaliknya, musibah justru akan mendatanginya sekalipun harta itu belum ada di-tangan kita.
Apa yang Terfokuskan Akan Terjadi
Cara kerja Allah sangat misterius namun dapat kita ikuti dari seluruh perkataanNya di-dalam Al-Qur’an dan hadist. Seperti kalimat berikut:
“Allah mengikuti prasangka hambaNya” (Hadist Qudsi).
Saat manusia berprasangka nasibnya selalu buruk, maka itulah yang terjadi, begitu juga sebaliknya. Ada aksi ada reaksi, aksi yang selalu berburuk sangka dengan diri sendiri, maka akan terjadi reaksi apatis. Mengcluster dan mematri anggapan bahwa kehidupan yang makmur seolah hanya dimiliki oleh orang yang kaya sejak lahir, pada akhirnya hanya terima nasib yang datang berikut keluh kesahnya.
Tentu kita juga pernah mengalami pikiran dan perasaan negatif seperti “kayanya daganganku ga laku nih hari ini”, “mau jual apa, udah banyak yang jualan ini dan itu. Jangan-jangan malah ga ada yang beli karena tingkat persaingan yang tinggi”, dll. Kalimat khawatir ini akan menjadi fokus di-pikiran dan akhirnya terjadi.