Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Memaafkan dari Kacamata Agama dan Neuroscience

21 April 2021   08:15 Diperbarui: 21 April 2021   10:29 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: forgive/flickr

Kalimat memaafkan ini sering didengungkan oleh banyak orang, terkait pandemi COVID-19, bahwa kemarahan dan kebencian dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang sehingga mudah dikenai virus tersebut.

Walaupun penyebab turunnya daya tahan tubuh berasal dari beberapa faktor, namun kemarahan dapat mendatangkan penyakit lainnya ke dalam diri manusia. Tidak mudah, namun menjaga tubuh dari perasaan negatif diutamakan untuk diri kita sendiri.

Memaafkan merupakan awal dari penataan hidup manusia terhadap pencapaian dan keinginan. Terutama dalam sisi ibadah dan kesehatan. Menyimpan pikiran yang terlalu lama mengakibatkan komplikasi kepada tubuh dan pola hidup. Mempengaruhi segala sistem sosialisasi manusia tersebut.

Arti memaafkan dari kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah memberi ampun atas kesalahan dan sebagainya, tidak menganggap salah dan sebagainya lagi. Pembebasan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan. Ungkapan permintaan ampun atau penyesalan, ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu.

Memaafkan tidaklah mudah, namun mengapa sangat dianjurkan bagi manusia yang terzalimi?

Sebagian orang akan berkata, “enak bener ya, mereka yang menyakiti tapi kita disuruh memaafkan” atau, “harusnya dia yang meminta maaf bukannya saya yang memafkan begitu saja”.

Memang, mereka yang bersalah tapi setelah mereka meminta maaf apakah kita mau memaafkannya?

Seorang pakar emosi bernama Daniel Golemen (1999) dalam bukunya emotional intelligence membagi dimensi emosi (perasaan) menjadi 5, yaitu kesadaran diri, motivasi, pengakuan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Kecerdasan emosi 80% hingga 96% menentukan kesuksesan seseorang. Dapat dikatakan bahwa mereka yang mampu mengendalikan emosi secara verbal dan nonverbal mampu mengubah diri dan hidup menjadi lebih terarah.

Memaafkan merupakan rangkaian dari kecerdasan emosional (EQ), mampu menimbulkan empati, motivasi, dan membentuk kecerdasan spiritual (SQ) seseorang.

Mengaktifkan komponen penting pada otak manusia. Apa hubungannya memaafkan dengan syaraf, kesehatan maupun dari sisi agama dan segala kebaikan yang akan diterima bagi pemberi maaf, berikut penjelasannya:

Dari Sisi Agama

Dari sisi agama tentu kita sudah mengetahui bersama bahwa memaafkan adalah suatu kebaikan, seperti kutipan surat pada Al-Qur’an :

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari ALLAH. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim” (QS. Asy-Syuara:40).

“Dan barang siapa yang bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan mulia” (QS. Asy-Syuara:43). Dan kutipan hadist berikut:

“Tidaklah seseorang yang badannya dilukai oleh orang lain, kemudian ia bersedekah dengan memaafkannya (tidak menuntut diyat), kecuali ALLAH akan menghapus dosanya sebanding dengan pemaafan yang ia sedekahkan” (HR.Ahmad  no. 22701).

Memaafkan dikatakan sedekah oleh Allah SWT dan diampuni dosa yang memaafkan orang lain yang bersalah padanya. Kezaliman merupakan utang yang harus dibayar diakhirat kelak.

Namun bila manusia mampu memaafkan, Allah akan menghapus dosa yang memaafkan sebanyak pemaafan yang diberikan, sungguh luar biasa balasan memaafkan, Allah membalas secara tunai didunia maupun akhirat.

Memaafkan Dari sisi Neuroscience

Dilansir dari Mayo Clinic dan telegraph manfaat kesehatan dari memaafkan kesalahan orang lain diantaranya:

  • Menurunkan resiko stroke
  • Mengurangi stress dan depresi
  • Menurunkan resiko serangan jantung
  • Meningkatkan kekebalan tubuh
  • Menurunkan resiko penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.

Memaafkan juga sangat mempengaruhi limbic sistem manusia yaitu otak emosi (otak mamalia). Di mana terjadinya aktivasi terhadap 3 bagian otak yaitu, dorsolateral prefrontal cortex (kemampuan untuk dapat fokus dan mengingat hal tertentu), inferior parietal bagian kanan (terlibat dalam proses visual, auditori dan sensasi tubuh) dan precuneus (mengatur memori dan integrasi informasi luar). Aktivasi pada 3 bagian otak ini dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan otak sesuai fungsinya.

Fungsi-fungsi otak tersebut membantu manusia dalam mengatur emosi dan menyelesaikan amarah serta dendam yang dirasakan mengenai emosi negatif yang tersimpan.

Memaafkan ini merupakan suatu kemampuan yang dapat dipelajari, dengan syarat utama tentunya manusia tersebut mau atau tidak memaafkan. Timbulkan atau kembangkan rasa empati (kemampuan menempatkan diri sebagai oranglain).

Bila kita mampu menjadikan diri kita sebagai mereka maka empati akan mudah dirasakan. Contohnya “coba kalau saya jadi dia”, “kalau saya yang seperti itu mungkin saya tidak akan sanggup menjalaninya”, “dia beranggapan begitu pasti ada salah saya juga”. Tehnik berkomunikasi dengan diri sendiri cara mudah untuk menciptakan empati kepada orang lain walaupun mereka yang kita anggap salah kepada kita.

Tehnik empati ini dapat dilakukan agar kita tidak menghakimi hidup orang diluar dari diri kita, suatu sikap ekstrim sepihak ini dapat menciptakan memori negatif kepada oranglain.

Tehnik ini juga dapat untuk memaafkan kesalahan orang lain kepada kita. Dengan menciptakan rasa di hati, maka empati akan mudah datang dan cenderung berhati-hati dalam menunjukan sikap kepada orang lain.

Emosi manusia didominasi oleh watak atau kepribadian (bahasa tubuh dan verbal), kecerdasan dalam mengelolah emosi (EQ) dan tidak mengenali Bahasa kasih pada setiap individu.

Seperti pada ulasan artikel saya terkait hal ini, amarah dan kebencian tidak akan mengubah apapun, hanya membuat kita jalan di tempat, memaafkan adalah jalan terbaik untuk mengubah hidup menjadi lebih sukses dan maju pesat.

***

Lihat artikel terkait, oleh zairiyah kaoy:

Featured Article : Perilaku sosial menentukan kesembuhan COVID-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun