Menjalin hubungan apapun tetap membutuhkan pemahaman terhadap jiwa seseorang. Bila kita tidak peduli dengan jiwa dan kepribadian orang lain tentu akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Abai terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain membuat orang lainpun abai terhadap keinginan dan kemauan kita.
Demikian juga dengan hubungan yang sangat spesial ini yaitu mertua dan menantu. Sering kali terjadi ketidakharmonisan antara keduanya. Saling mempertahankan prinsip masing-masing. Sebab ketidakharmonisan antara mertua dan menantu sebagai berikut:
Menganggap Mertua atau Menantu Bukan keluarga Langsung
Perasaan seperti ini dapat menimbulkan kesenjangan dalam hubungan. Memisahkan antara ibu kandung dan mertua atau anak kandung dan anak menantu. Dengan adanya pembedaan ini menimbulkan sikap yang berbeda pula.
Terdapat keterbatasan kasih sayang diantaranya. Lain halnya kalau dianggap benar-benar keluarga langsung, sikap yang terpancar akan terlihat tidak canggung dalam menyayangi dan proses pendekatan yang layaknya keluarga langsung.
Merasa bukan keluarga langsung ini membuat mertua jadi selalu membela anak kandung dan menantu selalu membela ibu kandung. Padahal keduanya sebenarnya juga dikawinkan secara hubungan silang, antara mertua dan menantu ini seperti ibu dan anak. Bagaimana layaknya kita menyikapi orangtua kita dan anak kita saja.
Bila kita menganggap ibu mertua adalah ibu kita, maka sikap yang terpancar akan manja, menghormati, memberi keinginannya, memprioritaskannya setelah memberi ibu kandungnya, bercerita banyak hal, belanja bersama, dll. Begitu juga bila anak menantu dianggap anak kita, maka perilaku juga sama seperti kita menyayangi anak kandung. Tidak membeda-bedakan, tidak berat sebelah dan penuh kasih sayang.
Selalu Mencari kekurangan Satu Sama Lain
Setiap manusia tidak ada yang sempurna dalam sikap dan kepribadian, tentu ada salahnya dan pasti juga ada kebaikannya. Bila kita hanya melihat salah dan kekurangannya saja pastilah kita akan selalu merasa kesal dan benci. Selalu mencari salah dan kekurangannya menimbulkan stress tersendiri kepada kita dan oranglain.
Dapat dibayangkan bila setiap hari kita hanya melihat kekurangan satu diantaranya, yang ada hidup rasanya tidak tenang karena satu rumah. Hanya mengingat keburukannya saja, pada akhirnya timbul beberapa penyakit psikosomatis. Dimana beberapa penyakit berdatangan karena pikiran yang kurang baik.
Tentu kita tidak ingin sakit lantaran sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dicari-cari. Mungkin sebagian orang akan mengatakan "bicara mudah tapi prakteknya tidak gampang". Sebenarnya mudah saja, sebab masalah seperti rumus ini " masalah= situasi kondisi+ emosi negatif". Bila situasinya kurang menyenangkan carilah sisi positif dari situasi itu maka tidak akan terjadi emosi negatif dan akhirnya masalah itu tidak akan ada.
Emosi negatif ini hadir karena kita yang mengundangnya, dengan melihat kekurangan dan kesalahan orang lain maka emosi negatif akan datang dalam hati kita. Bila terjadi sebaliknya, kita melihat kelebihan dan kebaikan oranglain maka emosi negatif reda dan akan datang emosi positif kedalam hati kita.
Memaksakan kehendak Pribadi
Unsur saling mengerti dan menghormati sangat penting dalam menjalin hubungan, terutama hubungan mertua dan menantu ini. Memaksakan kehendak membuat jiwa orang lain terpenjara dengan sikap yang kurang etis. Saling memahami keinginan dan kemauan orang lain sama seperti kita menghargai hak orang lain.
Tentu kita semua memahami bahwa setiap manusia memiliki hak dan juga kewajiban. Membiarkan orang lain mendapatkan haknya sebagaimana mestinya. Memahami disetiap situasi terhadap hak masing-masing membuat hubungan terbina dengan baik.
Selalu Melihat Kelebihan Diri Sendiri
Terkadang manusia selalu melihat apa yang dimilikinya tanpa bisa melihat kekurangan diri sendiri. Situasi seperti ini membuat oranglain jadi selalu kecil dan tidak berharga dimata kita. Padahal tuhan menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan.
Ini adalah cabang dari tidak adanya rasa kasih sayang kita kepada oranglain. Abai kepada jati diri manusia yang sebenarnya. Melihat hanya kepada sisi dalam diri sehingga sikap-sikap yang terpancar kurang menyenangkan.
Sikap seperti ini membuat orang lain tidak mendekat, enggan untuk melanjutkan hubungan yang lebih harmonis. Orang lain akan merasa diremehkan, tidak mendatangkan empati dan cenderung membuat perlawanan. Semua sikap "saling" dalam hidup ini akan membuat keseimbangan dan harmoni.
Hubungan tidak berdiri sendiri, selalu ada orang lain dalam hubungan apapun. Tentu menjalin hubungan ini harus mampu melihat dasar-dasar dari terjadinya hubungan. Rasa senang karena merasa nyaman, rasa bahagia karena dianggap ada, rasa menghormati dan menghargai karena dihormati dan dihargai pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H