Pembersihan diri dari hambatan-hambatan moral, seperti yang dilakukan oleh Sena dalam pertarungan melawan raksasa Rukmuka dan Rukmala, menggarisbawahi pentingnya pemimpin untuk tidak terjerumus dalam godaan kekayaan dan kemewahan. Sifat-sifat positif yang dijelaskan dalam kisah Dewa Ruci, seperti rila, legawa, nrima, dan lainnya, dapat membentuk dasar karakter yang dapat menahan godaan korupsi.
Pentingnya kesadaran dan pengetahuan, yang tercermin dari perjalanan Sena dalam menemukan air suci, menunjukkan bahwa pemimpin yang berpengetahuan luas dan sadar akan dampak negatif korupsi dapat memimpin dengan bijaksana dan mengambil keputusan yang bermoral.
Dengan merujuk pada kisah Dewa Ruci Werkudara, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang berfokus pada pembentukan karakter, pemahaman nilai-nilai moral, dan kesadaran akan konsekuensi dari tindakan koruptif dapat menjadi kunci dalam mewujudkan masyarakat yang bersih dan berintegritas di Indonesia. Dengan mengambil hikmah dari kisah ini, pemimpin dapat membawa perubahan positif yang mendalam dalam upaya mencegah korupsi dan menciptakan lingkungan yang adil dan berkeadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, N. 2010. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.
Kartono, Kartini. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Koeswadji, Hermin H. 1994. Korupsi di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dewa_Ruci. diakses 10 November 2023.
http://www.pustakaindigo.com/2016/04/kisah-dewa-ruci.html. diakses 10 November 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H