Entah sudah berapa kali saya membolak-balik halaman buku Hujan Bulan Juni, tidak bosan-bosannya berulangkali membaca sejumlah sajak karya Sapardi Djoko Damono (SDD), seorang penyair yang terkenal dengan karya puisinya yang sederhana namun sarat makna. Betapa kata-kata yang tertuang dalam sajaknya seperti punya kekuatan yang mampu menarik imaji.
Hujan Bulan Juni pertama kali diterbitkan oleh Grasindo tahun 1994, berisi sepilihan sajak yang ditulis SDD antara tahun 1964 sampai 1994. Buku ini sempat dicetak ulang beberapa kali, dan setiap cetak ulang ada sedikit perubahan berupa koreksi, penambahan atau pengurangan sajak. Untuk buku Hujan bulan Juni yang saya miliki ini versi hardcover cetakan kedua yang diterbitkan oktober 2013 oleh Gramedia Pustaka Utama. Buku setebal 120 halaman ini berisi 102 puisi yang ditulis antara tahun 1959 sampai 1994.
Dan saya jatuh hati pada buku ini, kenapa? pertama tentu karena saya suka dengan sajak-sajaknya SDD yang mengalir dengan lembut, indah, sederhana namun sarat makna. Dan yang kedua, karena cover bukunya yang cantik, desain sampulnya menampilkan gambar separuh daun dibagian ujung kanan buku dengan percikan air hujan. Terkesan sejuk.
Meskipun foto sampul dan isinya bukan karya fotografer dari penerbitnya melainkan foto tersebut diambil dari shutterstock.com, akan tetapi patut saya acungi jempol untuk pemilihan desain sampulnya yang terlihat artistik.
Ah, saya pun sering mengunggah foto dari shutterstock.com untuk ilustrasi pada beberapa artikel dan puisi saya di Kompasiana, abis koleksi foto dari shutterstock bagus-bagus sih (hlo kok malah ngomongin shutterstock hehe), gak apa lah ya anggap aja kasih info link, jadi buat yang lagi cari gambar buat ilustrasi bisa ngubek2 koleksi foto dari shutterstock.
Oke lanjut lagi, masih tentang ilustrasi. Pada lembar pertamanya, gambar reranting kering dengan dua bulir air yang menggantung didahannya dan sehelai daun kering berwarna kecoklatan menghiasi dua halaman penuh. Terlihat artistik!
Selain desain sampulnya, saya juga suka dengan pembatas bukunya, jika biasanya pembatas buku bentuknya berupa kotak persegi panjang. Tetapi dalam buku ini, pembatas bukunya sangat unik berbentuk selembar daun berwarna hijau kekuningan, disebaliknya tertulis puisi berjudul 'Narcissus'. ada yang pernah baca puisi ini? yuk kita simak untaian sajaknya.
NARCISSUS