Sudah tidak relefant lagi jika kita membenturkan antara konsep hidup qurani ini dengan konsep kenegaraan kita. Segeralah lakukan optimalisasi sikap kesyukuran akan peran dan sikap-sikap bijak para pendiri bangsa ini dalam merumuskan konsep-konsep dan ketentuan hal-hal teknis kenegaraan yang sebenarnya sesuai dengan nilai-nilai qurani.
Seperti dalam pancasila ada ruh ketauhidan, kemanusiaan, kebersamaan, permusyawaratan dan ruh keadilan yang meerupakan konsep-konsep luhur quran dan hadits.
Maka jelas tida ada paradoks antara konsep Allah dan konsep kebangsaan kita. Alhamdulillah.
3. Berkecukupan.
Pilar ke tiga dari ketaqwaan menurut Imam Ali Karramallau Wajah adalah "Al Qona'atu Bilqolil" yang arti secara leterleknya adalah merasa cukup dengan yang sedikit.
Maknanya adalah tidak ada peluang untuk mengeluh sedikitpun meski dalam takaran sedikit yang diterima dalam rizkinya.
Dirinya hanya selalu mengumandangkan sikap-sikap kesyukuran apapun dan seperti apapun yang terjadi dalam kenyataan hidupnya.
Perlu kita sadari bahwasanya ketika kita bertahan diri dari mengeluh dan hanya bersyukur dan menikmatkan apa yang ada dalam kenyataan hidup, bahwa sebenarnya kita sedang adadalam jalan hakikat sidup sebenarnya yaitu sedang berperang dengan makhluq allah yang selalu sengaja membuat kita tidak bisa bersyukur.
Bisa kita lihat dalam quran surat Al Araf 16 dan 17.
Fitrah manusia untuk mengikuti kata hatinya agar menjalani kehidupan yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT kerap diganggu godaan setan. Simaklah janji iblis kepada Allah SWT setelah diusir dari surga karena menolak sujud kepada Nabi Adam AS.
"Ia (iblis) berkata: 'Disebabkan karena Engkau telah menyesatkan saya, aku benarbenar akan duduk (menghadapi) mereka di jalan Engkau yang lebar lagi lurus. Kemudian, aku pasti akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (QS al-A'raf: 16-17).