MUQODDIMAH :
Alquran telah jelas mengkonsepkan dengan apik bahwa diantara tagihan utama dalam penyelenggaraan Ibadah shaum alias puasa selama satu bulan penuh adalah agar siapapun yang telah melaksanakan ibadah ini bisa mencapai derajat ketaqwaan (Q.S Albaqoroh 183).
Banyak, beragam dan dinamis jika kita menggali makna, arti dan hal-hal yang berhubungan dengan yang namanya ketaqwaan.Â
Imam Ibnu Katsir diantaranya dalam tafsirnya menyitir pemaknaan Taqwa yang diambil dari dialog antara sahabat Ubay bin Ka'ab dengan Sayyidina Ummar Bin Khatab yang menggambarkan Taqwa dengan pendekatan spirit Siap siaga dan semangat ("sammartu wajtahadtu").
Imam Qusaeri pun melakukan pendekatan kebahasaan dalam memaknai taqwa ini dengan Tawadlu, Qonaah, Waro, dan Yakin. Dan kemudian terkenal dengan istilah Risalah Qusaeriyyah.
Pada moment kali ini kita mencoba menggali satu konsep ketaqwaan yang diajarkan Imam Ali Karramallahu Wajhah.
TAQWA VERSI IMAM ALI
Dalam Kitab Almanhaju Sawi  oleh Al Allamah Al Muhaqqiq Al Habib Zain Bin Ibrohim  dan kitab Subulul Huda Warrosyad Lissolihi Assami Jilid 1 Halaman 421, ditukil sebuah atsar sahabat yaitu Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah bahwa  Sayyidina  Ali Karromallohu Wajhah  berkata,
:
Bahwa Takwa adalah takut kepada Allah yang bersifat Jalal, dan beramal dengan dasar Al Qur'an (At Tanzil), dan menerima (Qona'ah) terhadap yang sedikit dan bersiap-siap menghadapi hari akhir  (hari perpindahan).