Mohon tunggu...
Zainur Ridho
Zainur Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mempertanyakan Objektivitas Ilmu Pengetahuan

15 Januari 2024   17:54 Diperbarui: 15 Januari 2024   18:00 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip-prinsip di atas semoga bisa menjadi panduan bagi para ilmuwan dan filsuf kontemporer dalam memaknai objektivitas ilmu pengetahuan di tengah arus globalisasi informasi digital zaman now. Dengan demikian, kemajuan ilmu tetap berjalan teguh sembari tetap waspada terhadap pengaruh subjektivitas yang membelokkan ilmu dari relnya.

Sumbangan Pemikir Timur terhadap Wacana Objektivitas Ilmu Pengetahuan

Selama ini wacana ilmu pengetahuan Barat cenderung didominasi paradigma objektivitas dan dualisme subjek-objek yang ketat. Namun sebenarnya pemikiran Timur kuno sejak ribuan tahun lalu sudah menyinggung persoalan ini.

Misalnya dalam tradisi Taoisme dan Zen, ditegaskan bahaya klaim kebenaran mutlak tanpa kerendahan hati. Nabi Lao Tze bahkan berkata "Dao yang terucapkan bukanlah Dao yang sejati".  Ungkapan senada ditemukan dalam Buddhism dan Hinduism yang mengajarkan bahaya keterikatan ego terhadap konsep diri dan dunia. Konsep tersebut pada dasarnya terbatas dan dualistik, padahal realitas non-dual lebih luas dari itu.

Selaras dengan tema di atas, sangat menarik apa yang disampaikan fisikawan teoretis terkemuka, Fritjof Capra dalam bukunya berjudul "The Tao of Physics". Ia menjelaskan mengapa para fisikawan kuantum justru makin tertarik pada filsafat Timur, kendati mereka awalnya sangat positivistik. Rupanya paradigma non-dualitas Timur sangat koheren dengan temuan fisika kuantum modern seputar paradoks gelombang-partikel, superposisi kuantum, hingga interpretasi offline. Semua fenomena unik tersebut sulit dipahami logika dualistik konvensional. maka wajar bila Capra menyebut fisika Timur sebagai "misteri ilmu pengetahuan masa depan". 

Jadi sudah saatnya memasukkan elemen-elemen filosofi Timur ini ke dalam wacana Barat terkait ilmu pengetahuan dan objektivitas. Dengan menggabungkan keunggulan cara berpikir Timur dan Barat, diharapkan peradaban manusia bisa naik level pemahamannya tentang relaitas dan eksistensi alam semesta ini. Mungkin suatu hari kita akan temukan formulasi ilmu pengetahuan post-modern yang benar-benar holistik, integral, dan transendental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun