Mohon tunggu...
Zainur Ridho
Zainur Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mempertanyakan Objektivitas Ilmu Pengetahuan

15 Januari 2024   17:54 Diperbarui: 15 Januari 2024   18:00 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mencari Jalan Tengah Antara Objektivitas dan Subjektivitas

Lantas bagaimana sikap bijak menyikapi hubungan ilmu pengetahuan dengan objektivitas dan subjektivitas? Jalan tengah mungkin pilihan terbaik, dengan tetap mengakui adanya faktor-faktor subjektif dalam ilmu pengetahuan, tapi berupaya meminimalkannya.

Beberapa prinsip jalan tengah yang bisa diterapkan antara lain:

Pertama, mengakui bahwa objektivitas mutlak tidak ada, tapi itu bukan berarti subjektivitas boleh merajalela. Skeptisisme moderat tetap diperlukan untuk mendekatkan diri pada kebenaran, meski mungkin tak akan pernah sampai 100%.

Kedua, metode ilmiah tetap menjadi standar baku yang penting dipegang teguh ilmuwan, yakni sikap terbuka, jujur, teliti, kritis, hingga bersedia mengakui kesalahan demi kemajuan ilmu itu sendiri.

Ketiga, ilmu pengetahuan memerlukan kerendahan hati. Ilmuwan perlu sadar keterbatasan paradigmanya dan terbuka terhadap kemungkinan adanya temuan anomali di luar dugaan yang bisa memicu pergeseran cara pandang.

Keempat, walau pengaruh eksternal seperti politik dan ideologi sulit dihindari, paling tidak harus ada pemisahan domain antara ilmu murni dengan penerapan ilmu untuk keperluan tertentu.

Kelima, kolaborasi lintas disiplin dan peer review tetap diperlukan agar diskursus ilmu pengetahuan tidak didominasi kelompok kecil saja. Dengan begitu, bias individu bisa diminimalisasi.

Keenam, berpikir kritis perlu terus diasahkan pada masyarakat, terutama generasi muda. Dengan demikian, masyarakat tidak mudah terseret ke dalam pusaran informasi keliru atau teori konspirasi yang kadang mengatasnamakan ilmu pengetahuan.

Ketujuh, sisi spiritual dan etika tetap perlu diperhatikan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Tanpa kompas moral, ilmu bisa dimanfaatkan keliru untuk tujuan jahat yang merugikan manusia. Tentu saja garis batas antara etika dan ilmu sendiri seringkali samar, maka diperlukan kebijaksanaan kolektif di situ.

Kedelapan, menerima adanya misteri di alam semesta yang mungkin tak terpecahkan ilmu pengetahuan. Sikap rendah hati dengan yang gaib ada baiknya tetap dipertahankan. Berlebihan dalam mengagungkan ilmu dan merendahkan metafisika atau spiritualitas, bisajadi talian ilmuwan modern terpeleset ke jurang overconfidence tanpa sadar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun