Mohon tunggu...
Zainun Ahmadi
Zainun Ahmadi Mohon Tunggu... -

Sekjen Pertama Baitul Muslimin Indonesia PDI Perjuangan, Alumnus Ponpes Gontor, Notaris

Selanjutnya

Tutup

Politik

Magma Permata Megawati

23 Januari 2018   05:13 Diperbarui: 23 Januari 2018   10:30 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti mengulang kemenangan PNI (Partai Nasionalis Indonesia) pada Pemilu 1955, pada Pemilu 1999 PDI-Perjuangan meraih 34% kursi DPR RI. Amanah partai untuk menjadi RI-1 juga terhambat, dilalui dengan terlebih dahulu menjabat wakil presiden -- padahal pemenang Pemilu. Mungkin semua ini sudah menjadi skenario Ilahi bagi Cut Nyak Mega.

mereka-bicara-tentang-megawati-soekarnopurti-penulis-buku-zainun-ahmadi-5a66ab94cbe5232983418902.jpg
mereka-bicara-tentang-megawati-soekarnopurti-penulis-buku-zainun-ahmadi-5a66ab94cbe5232983418902.jpg
                                                                                   ( Buku 'Mereka Bicara Mega' - Editor: Zainun Ahmadi & Rahadi Zakaria )

Jejaknya terus menorehkan keagungan jiwa. Orientasinya selalu menatap ke depan, tidak mengaduk-aduk sejarah masa lalu untuk melampiaskan dendam keluarga atau sekedar menebar pesona, seperti dilakukan oleh presiden sebelum atau sesudahnya. 

Kaya pengalaman dan berkepribadian kuat, terbukti tidak sulit baginya mencerna berbagai persoalan (konflik) di seputar dirinya sebagai ibu rumah tangga yang menyukai tanaman dan bunga; pandai memasak; penikmat lukisan dan musik, ketua umum parpol besar, dan sebagai Presiden Kelima RI.

Tekanan politik juga datang bertubi-tubi dari internal partai untuk mengadili Soeharto --misalnya, mengusut kasus 27 Juli, atau bergabung di dalam pemerintahan Yudhoyono. Tetapi betapa teguhnya ia pada pendirian dan keyakinan. Sekali keputusan telah diambil, segala konsekuensi yang timbul siap dihadapinya. Ia tetap tegak lurus tak ingin melakukan politisasi apapun dan bagaimanapun, tak ingin melakukan pembalasan dendam politik. Ibarat di zaman Wild West atau pendekar di dunia Kangow --- bahwa setiap musuh yang sudah dilukai harus dibasmi sampai ke akarnya, sebab kalau tidak suatu waktu musuh itu akan membalas dendam. Mbak Mega berbeda. That's Her...      

Kesabaran seakan tak ada habis-habisnya. Barangkali benar "ramalan" saat kelahirannya; akan menghadapi banyak tantangan perjuangan. Perjalanan hidup yang dilalui penuh romantika dan traumatika politik; dari seorang puteri presiden penghuni istana, mendadak sang ayah dikudeta dan dikenai tahanan rumah hingga wafat tahun 1970, masa-masa indah kuliah terpaksa berhenti, dan intimidasi rezim orba yang berlangsung bertahun-tahun. Akumulasi semua yang dialami telah membentuk magma karakter yang khas. Dahsyatnya intrusi dan ekstrusi magma itu hanya ia yang mengerti, menyadari, dan hanya ia sendiri yang mampu mengendalikannya.  

* Selamat Ulang Tahun Mbak Mega, 23 Januari 2018. BarokAllah fiha waatholAllah 'umruha. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun