Seperti mengulang kemenangan PNI (Partai Nasionalis Indonesia) pada Pemilu 1955, pada Pemilu 1999 PDI-Perjuangan meraih 34% kursi DPR RI. Amanah partai untuk menjadi RI-1 juga terhambat, dilalui dengan terlebih dahulu menjabat wakil presiden -- padahal pemenang Pemilu. Mungkin semua ini sudah menjadi skenario Ilahi bagi Cut Nyak Mega.
Jejaknya terus menorehkan keagungan jiwa. Orientasinya selalu menatap ke depan, tidak mengaduk-aduk sejarah masa lalu untuk melampiaskan dendam keluarga atau sekedar menebar pesona, seperti dilakukan oleh presiden sebelum atau sesudahnya.Â
Kaya pengalaman dan berkepribadian kuat, terbukti tidak sulit baginya mencerna berbagai persoalan (konflik) di seputar dirinya sebagai ibu rumah tangga yang menyukai tanaman dan bunga; pandai memasak; penikmat lukisan dan musik, ketua umum parpol besar, dan sebagai Presiden Kelima RI.
Tekanan politik juga datang bertubi-tubi dari internal partai untuk mengadili Soeharto --misalnya, mengusut kasus 27 Juli, atau bergabung di dalam pemerintahan Yudhoyono. Tetapi betapa teguhnya ia pada pendirian dan keyakinan. Sekali keputusan telah diambil, segala konsekuensi yang timbul siap dihadapinya. Ia tetap tegak lurus tak ingin melakukan politisasi apapun dan bagaimanapun, tak ingin melakukan pembalasan dendam politik. Ibarat di zaman Wild West atau pendekar di dunia Kangow --- bahwa setiap musuh yang sudah dilukai harus dibasmi sampai ke akarnya, sebab kalau tidak suatu waktu musuh itu akan membalas dendam. Mbak Mega berbeda. That's Her... Â Â Â
Kesabaran seakan tak ada habis-habisnya. Barangkali benar "ramalan" saat kelahirannya; akan menghadapi banyak tantangan perjuangan. Perjalanan hidup yang dilalui penuh romantika dan traumatika politik; dari seorang puteri presiden penghuni istana, mendadak sang ayah dikudeta dan dikenai tahanan rumah hingga wafat tahun 1970, masa-masa indah kuliah terpaksa berhenti, dan intimidasi rezim orba yang berlangsung bertahun-tahun. Akumulasi semua yang dialami telah membentuk magma karakter yang khas. Dahsyatnya intrusi dan ekstrusi magma itu hanya ia yang mengerti, menyadari, dan hanya ia sendiri yang mampu mengendalikannya. Â
* Selamat Ulang Tahun Mbak Mega, 23 Januari 2018. BarokAllah fiha waatholAllah 'umruha. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H