Mohon tunggu...
Abdul Ghadir
Abdul Ghadir Mohon Tunggu... -

Realis adalah salah satu metode terbaik untuk mencapai keiklasan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu dan Islam Politik

26 April 2019   15:50 Diperbarui: 26 April 2019   15:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu adalah sarana bagi rakyat Indonesia untuk membuktikan kedaulatannya. Tidak ada seorangpun yang bisa menjadi anggota DPR baik ditingkat pusat hingga daerah dan Presiden beserta wakil presiden tanpa melalui prosedur ini.

Pemilu adalah sesuatu yang sakral dalam dunia demokrasi yang bercorak negara hukum Pancasila di Indonesia saat ini. Jika ada yang menjadi Presiden tanpa melalui proses pemilu yang benar, maka tidak salah lagi bahwa orang tersebut telah melakukan kejahatan yang besar dinegara ini.

Menariknya dalam proses pemilu tahun ini (2019) banyak yang dianggap sebagai para pemuka agama Islam, berperan aktif dalam dunia perpolitikan. Tidak segan-segan sebagiannya memberikan fatwa untuk memilih salah satu calon presiden dan wakil presiden. Fatwa yang dikeluarkan dengan cara kesepakatan yang disebut dengan ijtima' oleh bahasa agama, adalah hukum yang wajib ditaati bagi yang mempercayainya.

Salah satu dampak dari fatwa ini, adalah mewajib untuk mendukung PARPOL yang mendukung CAPRES dan CAWAPRES tersebut. Alasan untuk harus mendukung PARPOL yang mendukung CAPRES dikarenakan Presiden terpilih akan membutuhkan Anggota DPR untuk mendukung program pembangunan negara yang akan dilaksanakan. Hal demikian membuat sebagian orang berpendapat bahwa perbuatan itu adalah perbuatan Islam Politik. Artinya Islam dijadikan alat politik.

"Islam Politik" adalah kalimat yang hanya memiliki "subjek dan predikat". Dalam kontek ini "Islam" sebagai subjek dan "Politik" sebagai predikat. Jadi "Islam" ditandai dengan "politik".

Tentunya wajah Islam tidak akan tergambar seutuhnya, namun wajah politik akan terlihat dengan sangat jelas. Islam dalam kontek ini hanya sebagai identitas, sedangkan subtansinya adalah politiknya. Hal demikian akan menjadikan simbol-simbol Islam sebagai barang dagangan. Ayat-ayat yang suci akan diperjualbelikan, diobral dengan harga yang sangat murah. Ayat-ayat suci akan dijadikan sebagai dalil/alasan untuk mewajibkan seseorang memilih calon yang diinginkan oleh orang yang dianggap sebagai pemuka agama tersebut.

Islam tidak melarang pemeluknya berpolitik, bahkan Islam memberikan pencerahan yang sangat baik tentang politik. ajaran Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik, karena Islam juga mengajarkan tentang politik.

Politik Islam tidak bisa disamakan dengan Islam politik. Politik Islam menjadikan Islam itu sendiri sebagai predikat. Jadi "Politik" ditandai dengan "Islam".

Politik Islam adalah politik yang menampakkan diri dalam bentuk konsep dan dibuktikan dengan prilaku-prilaku yang Islami. Islam tidak dijadikan alat politik, melainkan politik dijadikan alat untuk memperkenalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Hal demikian ini, tidak akan terlihat ada ayat-ayat yang suci diobral, namun ayat-ayat yang suci akan ditempatkan ditempat yang tertinggi.

Permasalahannya, bagaimana kita bisa mengetahui pada Pemilu ini ada wajah-wajah Islam Politik dipesta demokrasi?

Tentunya, pertanyaan ini adalah kunci untuk mengetahui  apakah seseorang menjadikan Islam sebagai alat politiknya atau menjadikan politik sebagai alat untuk memperkenalkan nilai-nilai yang agung didalam Islam?

Bagaimanakah caranya? Pertanyaan tersebut tidak bisa menghindari kita dari kemampuan manusia untuk berpengetahuan. Kunci dalam mengetahui apakah itu adalah Islam politik atau politik Islam terletak pada penerapan nilai-nilai Islam dengan benar. Jika islam hanya sebagai simbol dalam berpolitik,maka tentunya itu bukanlah politik Islam melainkan Islam politik. Oleh sebab itu, dengan pengetahuanlah manusia bisa menetukan apakah nilai-nilai Islam sudah diterapkan dengan benar atau salah.

Jadi pemilu adalah hal yang penting dalam negara demokrasi dan Islam politik adalah sesuatu yang buruk dalam beragama dan bernegara. Berpolitik tidak boleh meperbudak Islam, namun Islam harus dijadikan suatu tata nilai yang tersistematik dalam berpolitik.

Maka jadilah seorang yang menerapkan politik Islam bukan Islam politik.

Wallahu A'alam

"Salam untuk sang cahaya hatiku Nabi Muhammad Saw dan keluarganya

Aku hanyalah hamba yang fakir, hanya diri-Nya-lah yang Maha Mengetahui"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun