Sedang dalam kaitannya dengan pengujian yang perlu dilakukan dalam tahapan pengambilan keputusan, sesi coaching dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis setiap kemungkinan yang muncul jika keputusan dijalankan, baik sebagai objek pada uji regulasi, intuisi, idola, maupun publikasi. Dalam sesi ini, sesi coaching dapat diterapkan pada pihak-pihak yang lebih luas, di luar pihak primer yang terkait dengan persoalan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Seperti yang kita tahu, bahwa dilema etika merupakan jenis permasalahan yang cukup sulit dan menantang untuk diselesaikan, karena memperlawankan dua nilai yang sama-sama baik. Karena itu, kemampuan kita dalam mengelola aspek sosial emosional menjadi sangat dibutuhkan untuk menjauhkan diri kita dari keberpihakan yang tidak seharusnya. Memang kecenderungan selalu ada, namun kita harus dapat mengontrol sosial emosional kita agar keberpihakan itu tidak mengurangi kewajiban kita untuk bertahan dengan setiap langkah yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Intinya bahwa aspek sosial emosional kita berpengaruh pada sikap kita dalam mengambil keputusan dengan “kepala dingin” bagaimanapun kondisinya.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Setiap manusia memiliki nilai dan keyakinan yang biasanya dijadikan sebagai landasan dalam bersikap termasuk pengambilan keputusan secara rasional. Setiap nilai yang dimiliki memiliki peran dengan prioritas variatif dalam memandang dan menilai setiap hal di dunia. Berkaitan dengan kasus yang fokus pada masalah moral dan etika, nilai-nilai yang kita miliki jelas akan menjadi salah satu bagian yang paling berperan dalam menyikapinya. Hal ini dikarenakan moral dan etika tidak dapat dilepaskan dengan nilai-nilai kebajikan lokal maupun universal yang menjadi landasannya. Untuk itu, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga nilai dan keyakinan kita tetap sesuai dengan nilai kebajikan universal, agar cara pandang kita terhadap masalah moral dan etika tidak keluar dari kebajikan yang semestinya.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Setiap keputusan yang dibuat akan memberi pengaruh bagi lingkungan komunitas dimana keputusan itu ditujukan. Untuk itu, keputusan itu harus sesuai dengan kebutuhan, nilai dan keyakinan yang dimiliki oleh komunitas tersebut. Keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dikarenakan keputusan tersebut sejalan dengan nilai, keyakinan dan tujuan dari komunitas tersebut. Setiap keputusan yang sejalan dengan kepentingan komunitas dan sesuai dengan nilai yang diyakini akan memberi dampak positif.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang muncul dalam kaitannya dengan proses pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika adalah pertentangan nilai yang sama-sama baik yang pastinya memiliki subjek terlibat yang saling bertahan dengan nilai yang diyakininya. Dan seperti yang kita tahu, selain faktor nilai yang berlawanan yang menjadi tantangan, faktor subjek tentu memiliki tantangan yang sama-sama besar. Seringkali, setiap keputusan, terlepas dari sempurnanya proses yang dijalankan untuk pengambilannya, tetap tidak dapat memuaskan semua subjek atau pihak yang berkaitan. Hampir selalu ada pihak yang merasa dikalahkan bahkan dirugikan. Dan itulah yang menjadi tantangan bagi saya secara pribadi dalam menjalankan pengambilan keputusan di lingkungan atau komunitas saya.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Sebagai seorang guru, kita harus menjadikan kepentingan murid kita menjadi tujuan utama dalam kegiatan pengambilan keputusan. Setiap keputusan yang kita ambil yang berkaitan dengan mereka harus menjadikan mereka sebagai tokoh utama yang selayaknya “dimenangkan”. Tentu saja, hal ini tidak serta merta membuat mereka terjebak dalam kondisi dimanjakan dan asal mereka senang saja. Kita tetap harus berpedoman pada tujuan akhir kemerdekaan mereka dalam belajar (secara khusus) dan hidup (secara umum).