Mohon tunggu...
Jay Z. Pai
Jay Z. Pai Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menulis saja

suka musik dan jalan - jalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kedalaman Laut

6 Agustus 2021   15:13 Diperbarui: 9 Agustus 2021   09:36 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang istri balas menatapnya, lalu pelan-pelan bicara padanya.

"Akan kau beri nama siapa anak ini?".

*****
Dulu sebelum dia dan istrinya menikah. Mereka berdua seringkali menghabiskan waktu bersama di pesisir pantai kota Baringtonia. Melihat senja, bercumbu dan merangkai kata-kata, sembari membangun bayangan tentang masa depan.

"Laut telah memberikanku kita, kau ingat kita bertemu di sini. Waktu itu aku sedang menjala ikan".

Jauh sebelum dia menjadi buruh pabrik, dia adalah seorang nelayan. Hari-hari dia habiskan untuk mencari ikan, kadang juga kerang. Dari laut dia bisa makan, membeli baju dan menamatkan sekolah. Laut juga yang menjadi saksi pertemuan antara dia dan bidadari, perempuan sederhana yang kemudian menjadi istrinya kelak.

Kini, tidak hanya istri yang cantik, laut juga telah memberinya anak. Seorang anak perempuan yang nanti akan menghiasi keluarga kecilnya.

"Aku akan memanggilnya Laut".

Mendengar itu istrinya hanya diam dan tersenyum, seperti memberi tanda setuju. Nama itu bagaikan kesimpulan bagi kehidupan bekas nelayan yang tidak lupa dari mana asalnya. Kesimpulan bagi kisah mereka berdua serta harapan-harapan.

Sebagaimana laut, dia bisa menampung segala yang datang dari segala penjuru tanpa bertanya, sekalipun yang datang itu sampah ulah manusia. Harapannya, Laut kecil akan menjadi manusia yang memiliki hati yang setabah lautan.

*****
Tanpa sadar waktu cepat berlalu. Laut yang dulunya seukuran lengan orang dewasa, kini sudah berumur lima tahun. Sudah lancar memanggil bapak, ibu  dan juga nenek.

Sekali waktu di Tahun 1998, negara mengalami krisis moneter, dan ekonomi mulai jatuh. Banyak perusahaan yang gulung tikar, pabrik-pabrik tutup, ada yang akhirnya melakukan PHK besar-besaran. Dampaknya banyak buruh pabrik yang kehilangan pekerjaan, ada yang di pecat tanpa pesangon sama sekali. Salah satu korban adalah orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun