Sepanjang jalan dia tidak bisa tenang. Kecemasannya benar-benar kejadian. Perut istrinya mulai sakit. Mungkin tanda akan segera melahirkan. Sementara dirumah hanya ada istri dan mertuanya yang sudah tua.
Tambah lagi malam itu langit setengah mendung, seperti ada tanda-tanda hujan akan turun. Bintang hanya ada satu-dua, dan bulan melipat dirinya di balik selimut gumpalan awan. Rasa-rasanya pria itu mau terbang jika bisa.
Rumah mereka berjarak kurang dari setengah jam dari pabrik. Bagaimana caranya agar cepat sampai disana. Dia memacu motornya dengan cepat. Mengikuti jalan tikus untuk memangkas waktu. Setibanya dirumah, dia mendapati istri dan mertuanya tengah bersiap-siap menuju rumah sakit. Mereka membawa baju secukupnya untuk beberapa hari. Istrinya mulai merintih kesakitan. Serasa perut akan meledak.
"Sabar sebentar, mobil akan segera tiba".
Mobil yang ditunggu pun datang, istri dan mertuanya segera naik bersama barang bawaan. Sedang dia menuntun dari depan dengan motornya. Dari atas motor, sesekali pria itu menghadap kebelakang, melihat istri dan mertuanya untuk memastikan mereka baik-baik saja.
Rumah sakit yang akan di tuju tepat di pusat kota. Pria itu duluan tiba. Dia langsung menemui adminstratur untuk mengurus semuanya. Tak lama kemudian istri dan mertuanya juga tiba. Keduanya langsung menuju ruangan unit gawat darurat. Ada beberapa perawat jaga disana, dan tanpa berlama-lama mereka segera menangabi istrinya.
Ruang administratur tersambung dengan ruangan unit gawat darurat, sehingga dari sana dia bisa melihat istrinya naik di atas tempat tidur berjalan, dengan bola roda yang segera membawanya pelan-pelan menuju kamar bersalin.
Dia mengikutinya dari samping, sambil menggendong tas warna putih bermotif bunga-bunga berisi pakaian dari rumah. Sepanjang jalan menuju kamar bersalin, dia menggengggam tangan istrinya erat-erat sambil melihat ke dalam matanya, lalu berkata-kata yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.
"Jika bisa kutukar, aku akan mengambil kesakitanmu saat kau di garis depan antara hidup dan mati. Tapi tidak bisa, ini jelas perjuanganmu sendiri. Namun aku akan tetap disini, sambil berdoa".
Mereka tiba di depan pintu masuk kamar bersalin. Dia dan mertuanya akhirnya berhenti, mereka berdua tidak bisa masuk ke dalam. Dari depan pintu dia hanya bisa menunggu dan berdoa.
*****
Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Istrinya sudah sejam berada di dalam kamar bersalin, namun kabar kelahiran belum juga datang. Rasa cemas kini menyelimuti kedua orang yang sejak tadi menunggu. Ini adalah penantian cucu pertama mertuanya dan anak pertama baginya.