Mohon tunggu...
Jay Z. Pai
Jay Z. Pai Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menulis saja

suka musik dan jalan - jalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kopi Tak Selalu Tepat Waktu

24 Juli 2021   10:25 Diperbarui: 24 Juli 2021   16:13 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumen pribadi.

Dalam interaksi antara pelayan dan costumer, minta maaf, selamat menikmati dan terima kasih sudah mengunjungi cafe kami ibarat satu kewajiban yang tertulis di dahi tiap pelayan cafe sehingga menjadi kebiasaan - bahasa akademiknya - etika pelayanan.

Langit yang sedari tadi memperhatikan gelagat Bintang, langsung bicara tanpa di minta. Barangkali bisa menjawab rasa penasaran yang terpancar dari sorot mata sahabatnya.

"Ohh, dia sekampus dengan kita, anak teknik informatika semester akhir. Hanya memang kadang muncul di Kampus, maklum dia terlalu sibuk".

"Sejak kedua orang tuanya meninggal dunia, dia banting tulang membiayai hidupnya sendiri. Kerja serabutan kiri-kanan, terakhir menjadi barista kedai kopi. Sepertinya dia bukan tercipta dari tulang rusuk melainkan tulang punggung laki-laki".

"Sepertinya kau tau segalanya tentang cafe dan isinya, pantas kau di beri nama langit: dari atas sana, kau mudah melihat segala yang ada di bumi. Apalah aku - bintang - hanya benda kecil yang menempel pada badanmu yang begitu luas".

"Langit tetaplah langit sekalipun tanpa bintang, sedang bintang tanpa langit sulit dibayangkan".


"Kau berlebihan, hanya sedikit yang aku tau, belum semua". Ungkap Langit.

Belum selesai menyelesaikan pembicaraan, tiba-tiba bintang menyela. Memang dari zaman homo sapiens hingga homo deus, rasa penasaran seperti rasa lapar, naluri purba manusia yang satu ini harus lekas-lekas di beri makan. 


"Sejak kapan kau mengenalnya, sela Bintang".

Langit sudah curiga, pasti ini soal si barista yang membawa pesanan. Wajar, memang rata-rata orang yang baru pertama kali melihatnya akan diam seperti di sihir. Apalagi Bintang sempat melihat dengan jelas bagaimana si barista menegurnya tadi. 

Dia pun mengikuti keinginan sahabatnya, dengan harapan setelah ini tidak ada lagi pertanyaan. Langit menjawab pertanyaan dengan singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun