Mohon tunggu...
Zaini Inu
Zaini Inu Mohon Tunggu... Guru - KEPALA PROGRAM KEAHLIAN DI SALAH SATU SMK DI BEKASI

Saya adalah seorang Sarjana Sastra Arab & Humaniora yang saat ini sedang melanjutkan studi Magister Ilmu Hubungan Interasional di Paramadina Graduate School Of Diplomacy. ini akan menjadi tempat baru saya untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tangan Bagus dan Tangan Jelek, Sebuah Pembiasaan Masa Lalu

10 Juli 2024   08:00 Diperbarui: 10 Juli 2024   08:12 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

di seluruh dunia

Pada Abad 16, di bawah kekuasaan Gereja Katolik, orang bertangan kidal sangatlah tertindas. Mereka disebut-sebut bersekongkol dengan iblis. Kadang perempuan kidal diidentifikasi sebagai penyihir. Hingga Abad 19, diskriminasi masih terus menimpa orang-orang bertangan kidal. 

Parahnya di beberapa area yang dianggap sudah maju seperti Amerika Utara dan Eropa, diskriminasi terhadap orang-orang kidal menjadi terinstitusi. Sekolah-sekolah memaksa murid mereka menggunakan tangan kanan dengan cara mengikat tangan kirinya ke kursi agar tidak digunakan.

 

Kesimpulan

Maka Dari itu, Bagi Setiap orang Muslim hendaklah berusaha untuk melatih diri untuk menggunakan tangan kanan pada saat makan, minum, memegang dan memberi agar dapat mengikuti pribadi luhur yang di ajarkan Nabi Muhammad Sholollohu ‘Alaihi Wassalam. Karena mengikuti Sunnah Beliau itu dapat mendapatkan pahala dan apabila meninggalkannya atau berlawanan dengannya maka hal itu menjadi suatu hal yang makruh.

Dan Secara Umum orang tua kita terdahulu mungkin memaksakan untuk lebih dominan dalam menggunakan tangan kanan adalah karena pengaruh dari budaya yang terjadi di Dunia Internasional pada saat itu juga. Mereka mengingikan agar keturunannya apabila mendapatkan kesempatan untuk keluar negeri maka dia tidak menjadi asing karena melakukan kebiasaan yang berlawanan dengan mayoritas orang tersebut.

Demikianlah Tulisan ini agar kita tidak serta merta menyalahkan sistem didikan yang telah kita dapatkan dari orang tua kita terdahulu.

Semoga Bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca

(ZAINI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun