Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yuk, ke San Marino!

8 Oktober 2019   15:34 Diperbarui: 8 Oktober 2019   15:49 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyaksikan pemandangan di bawah sana yang menakjubkan.(dokpri)

Sembilan tahun berlalu, namun masih terekam dengan jelas di ingatan saya, dan seperti masih terpeta dengan rinci di depan kelopak mata saya, tentang sebuah negeri di jantung negara Italia. Tentang keindahannya, tentang keunikannya, dan berbagai tentang menyangkut daya tarik negeri mungil tersebut. Sebuah negeri bernama San Marino.

Sembilan tahun yang lalu, saya pernah menikmati senja di sana. Tapi rasa-rasanya kalau hanya menikmati senja, tak cukup untuk bercerita secara gamblang tentang negeri itu. Selain menikmati senja, kita mesti menikmati midnite, merasakan subuh dan berbaur dengan warga dipagi hari.

Rasa-rasanya, terasa sangat tanggung mendatangi San Marino tanpa menginap  semalam dua malam di sana. Seperti yang pernah saya alami sembilan tahun lalu itu yang menyisakan rasa penasaran. Penasaran ingin lebih kenal lagi dan mengabrabi sudut-sudut negeri itu.

Walau begitu, saya perlu meng-share, sekilas pengalaman sewaktu berkunjung ke San Marino, yang tentu saja selalu disertakan dengan kalimat ajakan; yuk, ke San Marino! Biarpun masih sebatas rencana.

***

Menyaksikan pemandangan di bawah sana yang menakjubkan.(dokpri)
Menyaksikan pemandangan di bawah sana yang menakjubkan.(dokpri)
Jarum jam di tangan saya baru menunding angka tiga ketika itu. Sementara untuk shopping di Bologna juga tidak mungkin. Week end atau pada hari Minggu, toko rata-rata tutup. Hampir semua kota di Eropa begitu. Jadi, saya putuskan untuk menghabiskan petang di San Marino.

Yah, Republik San Marino.

Sesungguhnya, tidak pernah terlintas di benak saya untuk mengunjungi negara kecil yang berada di tengah Italia tersebut. Begitu pula tour leader yang membawa kami, tidak pernah berpikiran untuk memasukkan San Marino dalam jadwal kunjungan.

 Akan tetapi,  Gianni, supir bus yang membawa kami menawarkan dengan catatan, kami masing-masing bayar 15 Euro untuk sekadar beli BBM dan uang rokoknya. Wow, ini pasti menarik! Sebuah kesempatan untuk bisa mengunjungi sebuah negara dalam negara, tentu mengasyikkan.

San Marino dipenuhi kastil dan bangunan tua yang menawan.(dokpri)
San Marino dipenuhi kastil dan bangunan tua yang menawan.(dokpri)
Saya melirik ke teman saya, Bram Marantika, Bagoes Ananta dan Eko. Nyaris mereka mengangguk bersamaan, mengiyakan.

Perjalanan dari Imola ke San Marino ditempuh tak sampai satu jam. Jalan yang ditempuh cukup menantang. Penuh tanjakan dan berkelok-kelok. Mirip-mirip jalan menuju Genting Highland di Malaysia, atau ke Bandung lewat Puncak. 

Namun, sepanjang perjalanan pemandangan begitu sangat menakjubkan, pohon-pohon yang tertata apik, dengan rumah-rumah mewah khas Eropa bertebaran di sisi--sisi jalan. Memang, topografi Republik San Marino di dominasi oleh Pegunungan Apennine dan tidak memiliki tanah datar.

Namun jika kita sudah berada di atas San Marino, maka kita bisa menyaksikan beberapa kota di Italia dengan panorama yang begitu indah. Saya sampai berjalan hingga ke titik tertinggi di Negara ini yang bernama Monte Titano. Tempat ini berada di 749 meter di atas permukaan laut. Saya kagum setelah mengedarkan pandang, melihat turun, dan sempat memotret landskap keindahan yang ada di bawah sana. 

Nampak rumah-rumah penduduk Italia.(foto: zainaltahir)
Nampak rumah-rumah penduduk Italia.(foto: zainaltahir)
San Marino dikelilingi oleh Italia, tepatnya di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Rimini, daerah Emilia-Romagna dan di sebelah selatan provinsi Pesaro dan Urbino, daerah Marche. 

Negara ini adalah negara republik konstitusional tertua di dunia, dibentuk pada 3 September 301 oleh Santo Marinus dari Rab, seorang tukang batu Kristiani yang kabur pada saat persekusi agama oleh Kaisar Roma Diocletion. Konstitusi San Marino adalah konstitusi tertua di dunia yang berlaku mulai tahun 1600.

Saya menyusuri sepanjang jalan di pusat kota negara terkecil ketiga di Eropa setelah Vatikan dan Monako ini, ibarat berada di sebuah mal terbuka. Pusat kota hadir dalam sebuah kastil raksasa yang sudah berusia ratusan tahun, berbentuk unik dan kuno dengan desain yang amat menarik, di atas puncak gunung. Untuk menghubungkan jalan yang satu dengan jalan yang lain yang berada di atasnya, bisa ambil jalan pintas dengan naik lift atau tangga.

Kantor Ferrari yang tak jauh dari San Marino | dokpri
Kantor Ferrari yang tak jauh dari San Marino | dokpri
Jadi tidaklah mengherankan bila banyak orang Italia dan wisatawan dari seluruh penjuru dunia mengunjungi negara bermotto Libertas (kebebasan) yang berpenduduk hanya sekitar 30 ribu jiwa, dan merupakan Negara terkecil ke lima di dunia ini. 

Mereka datang ke situ hanya sekadar melepas penat, menghabiskan sore sembari shopping di toko-toko yang bertebaran di sepanjang jalan dan menyatu dengan kastil, hingga sampai ke puncak. Menariknya, barang-barang yang dibeli di San Marino semuanya bebas pajak. Jadi, dibanding Italia, berbalanja di sini bisa lebih hemat 12 % hingga 20%.

Saya berjalan mengitari pusat kota sembari tak henti-hentinya memotret, seakan-akan setiap sudut di pusat kota menakjubkan ini semuanya layak jadi bidikan kamera. Sesekali saya singgah di toko sekadar beli souvenir berbau San Marino, hingga saya dapati diri saya duduk di salah satu kafe menikmati segelas kecil red wine, sampai gelap mulai bergayut diatas langit San Marino.

Jadi, sekali lagi; yuk, ke San Marino!

ZT -Batulicin, 8 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun