Sembilan tahun berlalu, namun masih terekam dengan jelas di ingatan saya, dan seperti masih terpeta dengan rinci di depan kelopak mata saya, tentang sebuah negeri di jantung negara Italia. Tentang keindahannya, tentang keunikannya, dan berbagai tentang menyangkut daya tarik negeri mungil tersebut. Sebuah negeri bernama San Marino.
Sembilan tahun yang lalu, saya pernah menikmati senja di sana. Tapi rasa-rasanya kalau hanya menikmati senja, tak cukup untuk bercerita secara gamblang tentang negeri itu. Selain menikmati senja, kita mesti menikmati midnite, merasakan subuh dan berbaur dengan warga dipagi hari.
Rasa-rasanya, terasa sangat tanggung mendatangi San Marino tanpa menginap  semalam dua malam di sana. Seperti yang pernah saya alami sembilan tahun lalu itu yang menyisakan rasa penasaran. Penasaran ingin lebih kenal lagi dan mengabrabi sudut-sudut negeri itu.
Walau begitu, saya perlu meng-share, sekilas pengalaman sewaktu berkunjung ke San Marino, yang tentu saja selalu disertakan dengan kalimat ajakan; yuk, ke San Marino! Biarpun masih sebatas rencana.
***
Yah, Republik San Marino.
Sesungguhnya, tidak pernah terlintas di benak saya untuk mengunjungi negara kecil yang berada di tengah Italia tersebut. Begitu pula tour leader yang membawa kami, tidak pernah berpikiran untuk memasukkan San Marino dalam jadwal kunjungan.
 Akan tetapi,  Gianni, supir bus yang membawa kami menawarkan dengan catatan, kami masing-masing bayar 15 Euro untuk sekadar beli BBM dan uang rokoknya. Wow, ini pasti menarik! Sebuah kesempatan untuk bisa mengunjungi sebuah negara dalam negara, tentu mengasyikkan.
Perjalanan dari Imola ke San Marino ditempuh tak sampai satu jam. Jalan yang ditempuh cukup menantang. Penuh tanjakan dan berkelok-kelok. Mirip-mirip jalan menuju Genting Highland di Malaysia, atau ke Bandung lewat Puncak.Â