Hari berikutnya, dan berikutnya lagi, Bapak Eppe nampak semakin berubah. semakin taat beribadah. Selama ini Bapak Eppe tak pernah sholat di masjid, sekarang beliau selalu menyempatkan waktu sholat berjamaah di masjid. Bahkan sholat subuh beliau jarang lewatkan di Masjid Raya. Intensitas ibadah semakin kencang dan berkualitas. Oh yah, latar belakang pendidikan Bapak Eppe di Muallimin Muhammadiyah. Jadi memang ada dasar-dasar agamanya, termasuk lancar baca Qur'an.
Pertengahan tahun 2000 kalau tak salah ingat, saya merasakan keresahan yang begitu sangat. Pasalnya, ada info bahwa pelunasan ONH harus segera dilakukan. Haji Sanre menghubungi saya ketika saya belumlah siap terutama mempersiapkan dana pelunasan ONH tersebut. Yang saya harus setor sebesar tujuh puluh juta rupiah ditambah biaya bimbingan haji pada Haji Sanre.
Tak berpikir panjang, saya langsung melego mobil saya satu-satunya, yang baru setahun lebih saya pakai. Sebuah Honda Grand Civic warna putih produk tahun 1990 yang saya beli dari salah satu keluarga saya, Jufri Rahman, seharga Rp. 46.000.000. Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi, karena mobil tersebut begitu cepat dibeli orang, dan harganya woow... begitu fantastis, Rp. 62.000.000.
Hati saya berdendang senang, seperti menari-nari di antara para bidadari! Saatnya saya melunasi ONH tersebut! Secepatnya! Jika perlu, sebelum waktu yang ditentukan saya harus setor duluan ke bank. Menggebu-gebu saya.
Pemberangkatan jamaah calon haji kloter kabupaten Gowa terhitung beberapa bulan lagi.
Ada masalah karena uang saya tidak mencukupi pelunasan ONH untuk empat orang sekaligus. Bisanya cuma tiga orang. Tunggu! Bapak Eppe kan belum menyelesaikan pembayaran pertamanya. Jadi tambah lagi lima juta rupiah dong! Duhhh....! Bingung juga saya ini. Dimana saya dapatkan tambahan dana?
Mungkin perlu pinjam?
Ah, tidak!
Apakah minta sumbangan kepada para keluarga yang peduli?
Jangan, ah!
Atau bikin saja manasik! Undang semua orang. Kan ada tuh amplopnya?
Hehehe.... Tidak ngehhh saya dengan pola pikir yang penuh harap seperti itu!