Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keraton Kasepuhan Cirebon dalam Nuansa Wisata Religi

7 Mei 2018   18:15 Diperbarui: 8 Mei 2018   08:19 1760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Dalem Agung Pakungwati, Pangeran Cakrabuana disemayamkan . Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Dalam wafatnya di tahun 1549, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua.

Wakapolri sedang berwudhu -dokpri.
Wakapolri sedang berwudhu -dokpri.
Nama Ratu Dewi Pakungwati diabadikan dan dimuliakan oleh Sunan Gunung Jati sebagai nama keraton, yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang disebut dengan Keraton Kasepuhan. Di depan Keraton Kasepuhan, terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama alun-alun Sangkana Buana yang merupakan tempat latihan para prajurit. Di sebelah barat Keraton Kasepuhan nampak Masjid Agung Sang Ciptarasa yang cukup megah hasil karya dari para wali yang dibangun sekitar tahun 1480 Masehi. Di Masjid ini, Wakapolri bersama sebagian rombongan melakukan shalat zuhur berjamaah.

Mimbar di Masjid Agung Sang Cipta Rasa -dokpri.
Mimbar di Masjid Agung Sang Cipta Rasa -dokpri.
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Simposium Wisata Religi Berbasis Masjid

Sebagai pilihan destinasi baru kepariwisataan Indonesia, pemerintah sangat serius mengembangkan Wisata Religi Berbasis Masjid. Pencanangan program ini dimulai dari Simposium Nasional di Keraton Kasepuhan Cirebon, Sabtu 5 Mei 2018.

Syafruddin mengatakan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan destinasi wisata masjid bersejarah berusia ratusan tahun. Bahkan sejarah Islam di Nusantara pernah menjadi magnet peradaban Islam di dunia. "Cirebon dipilih sebagai pilot project karena memiliki banyak masjid bersejarah yang masih tetap lestari dan digunakan hingga kini," ujarnya.

Menuju Bangsal Pagelaran -dokpri.
Menuju Bangsal Pagelaran -dokpri.
"Agar destinasi wisata tidak satu warna dengan menyuguhkan keindahan alam saja, maka pemerintah saat ini sangat bersungguh-sungguh mengembangkan wisata religi. Fungsi Masjid akan bertambah dengan adanya pengembangan wisata religi ini. Bukan hanya sebagai tempat ibadah saja. Namun juga sebagai ruang kajian sejarah peradaban Islam di Indonesia," ungkap Syafruddin.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menuju tujuan itu, jelas Syafruddin, maka perlu adanya lompatan strategi dengan cara melebarkan jaringan di penjuru dunia. Indonesia pernah menjadi magnet rujukan peradaban Islam di dunia. "Melalui pencanangan destinasi wisata religi berbasis masjid, Indonesia ingin mengulangi sejarah keemasan tersebut. Jika sekarang orang berbondong-berbondong hanya ingin melihat Masjid Biru di Turki. Kenapa tidak, suatu saat nanti orang-orang akan melihat Sang Cipta Rasa di Keraton Kasepuhan, Cirebon," harapnya.

"Sungguh saya sangat mendambakan Indonesia bisa memiliki pusat pariwisata masjid yang dikenal masyarakat dunia. Indonesia bisa seperti seperti Makkah, Madinah, Jordan, Mesir dan Turki," ucap Syafruddin optimis.

Untuk itu, tambah Syafruddin,  dibutuhkan penguatan  jaringan untuk destinasi wisata religi dengan negara lain. Seperti Brunei, Malaysia dan Singapura. "Salah satunya menjajaki tentang fasilitas yang menunjang wisata masjid," ujarnya.

Menerima Anugerah "Khalifah Panata Tajuk"

Anugerah 'Khalifah Panata Tajuk' -dokpri
Anugerah 'Khalifah Panata Tajuk' -dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun