Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sang Tokoh Perubahan Itu Membangun Umat lewat Masjid

11 April 2018   10:41 Diperbarui: 29 April 2018   09:15 4623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama, pengembangan fungsi masjid dan meramaikannya. Ia telah mengunjungi Astana Kazakhstan baru-baru ini. Di negara itu, muslim berkembang pesat. Kaum muslim telah menunjukkan identitaanya dengan meramaikan dan mensejahterakan masjid. Padahal, dulu Kazakhstan adalah tempat komunisme beranak pinak.

Di ruang-ruang publik, kaum muslim, lelaki maupun perempuan, tampak berbusana sesuai syariat, dengan menutup aurat. Jika azan berkumandang dari maajid-masjid, penduduk negara itu berbondong-bondong datang meramaikan masjid untuk  shalat berjamaah di waktu-waktu shalat. 

"Sambil menundukkan kepala mereka mengangkat kedua tangan, bertakbiratul ihram, tanda berserah diri kepada Allah. Padahal, belasan tahun lalu, saat shalat Jumat pun  masjid di sana hanya diisi seratus hingga dua ratus jamaah. Kini, di saat masuk waktu shalat Jumat, shaf dalam masjid telah dipadati ribuan kaum Muslim, hingga meluber ke halaman masjid dan jalan raya," tutur Syafruddin.

Sementara di London, lanjutnya, belasan tahun terakhir ini juga telah mencuri perhatian dunia. Pasalnya,  ratusan masjid kini telah berdiri di sana. Bahkan, sejumlah rumah ibadah agama lain dialihfungsikan menjadi masjid yang menjadi tempat warga dan komunitas-komunitas muslim yang ada di pusat Kerajaan Inggris itu, untuk berkumpul dan berdiskusi. Mereka saling bertukar pikiran di masjid, menyampaikan keluh kesah menghadapi kehidupan dan mencurahkan kesyukuran atas nikmat dan kebahagian yang telah dicapai. 

Tak hanya itu, berbagai sektor publik pun telah mereka ramai-ramai penuhi dan manfaatkan dalam rangka mengaktualisasikan diri.

Lantas, di Indonesia sendiri bagaimana? Menurut Syafruddin, umat Islam Indonesia juga mengalami hal yang tak jauh berbeda. "Para pemuda penuh semangat meramaikan masjid," ujarnya.

Ia mencontohkan realitas yang ada itu di Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Cut Meutia, dan sejumlah masjid lainnya yang ada di Jakarta.  "Tingginya semangat anak-anak muda untuk beribadah, membuat sebagian masjid tak mampu lagi menampung jamaah sehingga mereka tumpah ruah di jalanan hanya untuk beribadah. Masjid akan selalu menjadi tempat umat berharap, sampai kapanpun, hingga akhir zaman," jelas Syafruddin.

Dinamika masyarakat muslim di berbagai wilayah inilah, kata  Syafruddin, telah membuktikan bahwasanya umat Islam semakin mencintai ajaran agama yang dianutnya. Semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. "Coba kita lihat di masjid-masjid itu, betapa mereka bersemangat dan tekun  mengkaji Al Quran yang berisikan syair indah tuntunan hidup dan ajaran penuh inspirasi. Mereka pun merujuk pada hadis yang diriwayatkan para sahabat dan ulama otoritatif," kicaunya.

Di dalam dinamika itu ada harapan. Ada sinar yang akan menerangi sekitarnya, dan menggerakkan seluruh tubuh umat Muslim untuk beramai-ramai mengagungkan asmah Allah dari rumah Sang Pencipta jagat raya beserta segala isinya. "Umat Islam telah memahami, bahwa bersujud di masjid, atau beribadah dalam arti luas akan diganjar 27 kali lipat kebaikan dibandingkan dengan melakukannya di rumah. Itulah harapan,"   kata ajudan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2004-2009 ini.

Kedua, keberaadaan masjid haruslah menjadi tempat pergerakan sosial. Menjadi sentra muamalah ma'annas. Fungsi ini dijalankannya belum lama ini. Ketika sejumlah wilayah Ibu Kota terendam banjir, Syafruddin mengarahkan pengurus takmir setempat untuk mengaktifkan masjid menjadi penampungan dan sentra bantuan. "Berbagai fasilitas yang ada dimanfaatkan untuk menolong mereka yang mengalami kemalangan. Hal sama nantinya akan diterapkan di berbagai daerah yang mengalami bencana," tekadnya.

Agar tak meluas, penyelesaian konflik sosial pun akan di arahkan ke masjid. Keamanan dan ketertiban akan lebih terjaga. "Konsep ini masih dimatangkan lagi dan nantinya akan ada aksi nyata, baik berupa pelatihan maupun penyuluhan," ucap Syafruddin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun