Disaat kami sibuk menenangkan teman yang barusan kecopetan itu, ada seorang anak muda tinggi berwajah Afrika, mendatangi teman yang lagi bersedih itu. Ia menyodorkan sebuah dompet berwarna cokelat, dompet teman yang barusan kecopetan itu. Ia tersenyum seraya kerkata, "C'est a toi?Merci..."
Kami saling berpandangan. Belum sempat salah satu di antara kami mengatakan 'merci', anak muda itu telah bergegas pergi, bersama teman-temannya.Â
Astaga! Saya memergoki salah seorang teman anak muda yang barusan mengembalikan domper teman saya yang kecopetan itu, ternyata pemuda yang tadi telah menjatuhkan  rokoknya, yang bikin inseden sejenak disini,  di ujung eskalator itu.
"Gimana isi dompetnya, Pak?" tanya saya segera.Â
"Yah, nggak ada yang hilang, kecuali uangnya,'' sahut teman itu.
"Berapa isinya?"
"Lumayan banyak, 900 Euro lebih. Tapi syukurlah kartu-kartunya tidak ada yang diambil."
Saya menghela napas panjang. "Diikhlaskan saja, Pak. Yang penting Paspor dan ATM aman," kata saya.
Teman saya itu pasrah saja.
Sopan juga pencopet di Paris ini, geram hati saya. Â Kalau di kampung saya pasti pencopet itu dibakar hidup-hidup, minimal digebuki ramai-ramai, sebelum diserahkan ke pihak berwajib.
Di paris ini, orang-orang yang menyaksikan kejadian barusan nampak santai-santai saja. Mereka cuek-cuek saja. Paling ada di antara mereka yang sejenak menoleh, lalu berlalu.