Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Money

Baterei Hp Saya Drop Pada Cuaca Dingin

5 Maret 2018   09:51 Diperbarui: 5 Maret 2018   09:57 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya paling suka pakai Huawei P9 sepanjang saya pegang handphone sejak tahun 1996. Saya sangat puas dengan fitur-fitur yang melekat padanya. Walau memang butuh beberapa masa untuk beradaptasi dengannya. Mungkin karena saya sudah begitu familiar dengan produk Samsung dan iPhone.

Saya membelinya sekitar empat bulan lalu. Di teman saya yang punya beberapa kios Hp di Mal Ambasador, Jakarta. Harganya sekitar Rp. 6 jutaan ketika masih terbungkus plastik dan tersegel. Tetapi teman sekaligus langganan saya benama Ali itu menawarkannya Rp. 3,5 juta.

"Ini baru, Bang!" kata Ali sambil angkat jempol.

"Baru? Kok murah gitu?" Saya langsung tertarik.

"Baru dua minggu dipakai! Hahaha..." Ia tertawa.

"Hehehe, pantas harganya murah."

"Tapi ini saya rekomendasikan, Bang. Dijamin mantap!" Sekali lagi ia angkat jempol.

Saya manggut-manggut sambil tersenyum. Bisa juga ia ngecap. Jika pemilik Huawei tahu, saya yakin ia akan dapat bayaran lantaran barusan ia berpromosi.

"Beli ini, sama saja beli kamera bonus hape," pungkas Ali.

Deal!

Saya langsung mengiyakan setelah melirik tulisan kecil di bagian belakang sudut kanan atas Huawei gold yang sedang saya timang-timang itu. Di situ tertera LEICA.

Ini sama saja dengan handphone yang digunakan Makhfudz Sapp, teman saya yang fotografer kondang itu. Ia memang membelinya seharga enam juta lebih dalam keadaan baru. Ia selalu memakainya memotret obyek yang ringan-ringan dan simpel-simpel. Dan, hasilnya memang jempolan.

Sejak itu saya menggunakan handphone Huawei P9 untuk foto-foto. Memanfaatkannya selfie-selfie. Saya puas memakainya. Beberapa teman yang saya foto, berdecak kagum melihat hasil jepretan saya. Pokoknya, apa yang Ali bilang bukan sekedar ngecap, tapi terbukti nyata.

Tak perlu saya membeli kamera Leica yang harganya ratusan juta itu seperti kebiasaan Makhfudz, yang setiap ada produk barunya keluar, langsung ia menyambarnya. Ia tak peduli, berapapun harganya.

Betul, beli Huawei P9 ini sama saja beli kamera berteknologi Leica, dapat bonus handphone.

Tapi ketika saya berada di benua biru yang sedang memasuki winter saat itu, dan mengandalkan Huawei P9 ini foto-foto untuk kepentingan apdate status di medsos, saya jadi nelangsa!

Saya kecewa lantaran pada suhu di bawah 5C, handphone saya ini langsung drop. Simbol baterai di sudut kanan atas langsung berwarna merah dengan tulisan disampingnya 1%.

Sejenak kemudian, mati!

Selalu begitu. Saya hitung-hitung sudah 5 kali terjadi begitu dalam kurung waktu baru dua hari saya di Eropa. Padahal saya telah mengecasnya hingga batereinya terisi penuh, dan belum terhitung jam saya berada di outdoor.

Mungkin karena handphone saya bekas pakai kali, pikir saya.

Tetapi, begitu saya masuk ke toko, atau ke ruangan yang hangat, dan mengaktifkan handphone saya itu, eh masih ada nyawanya di atas 75%. Selalu begitu. Berulang-ulang saya mengalaminya?

Ada apa dengan baterai Huawei P9 ini?

ZT - Kemayoran, 5 Februari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun