Saya pernah makan makanan fast food (franchise) dari Amerika di Indonesia, Singapore dan Malaysia rasa bisa sama. Enggak berubah. Aneh bukan?
Tambahan Syarat:
Orang yang Anda dekati, memang sedang mau, ingin dan behasrat kuat untuk membeli diri Anda (SKAA), produk, barang, layanan, konsep, ide, opini Anda dan dia punya uang.
Dia pengambil keputusan dalam membeli.
Sekali lagi saya tawarkan, Anda bisa WA saya 7 menit gratis (penawaran ini hanya hingga tgl 1 Maret 2017.) jika ingin tahu lebih jauh soal syarat ini.
Langkah-langkahnya
Dalam tulisan ini mohon maaf saya tidak membahas proses dan customer buying cycle. Mudah-mudah di lain kesempatan bisa kita bahas tersendiri.
Satu langkah yang tergolong 80 persen manjur adalah bawa, tempatkan, tunjukkan, demonstrasikan produk Anda di depan pasar yang lapar.
Untuk yang satu ini saya katakan 80 persen tingkat keberhasilannya karena masih dibutuhkan 20 persen upaya lain yaitu adanya kebutuhan, keinginan dan kelaparan customer akan benefit dan value yang dijual oleh produk Anda.
Contohnya, singkat saja.
Di bulan puasa, saat menjelang waktu buka puasa, Anda bisa jualan kudapan berbuka puasa di pojok food corner, perempatan jalan, tempat berkumpul dan bertemunya penjual dan pembeli makanan berbuka puasa.
Ada kemungkinan pembeli hanya melewati boot tempat Anda berjualan karena saat itu pembeli sedang tidak lapar pada produk Anda.
Nah Ini Langkah Mujarabnya
Idenya saya dapat dari tulisan Maribeth Kuzmeski dalam bukunya “The Connectors: How the World’s Most Successful Businesspeople Build Relationships and Win Clients for Life”
Menurut Maribeth ada 3 langkah untuk menjual tanpa harus jualan atau jualan tanpa harus menjual.
- Creating the Feeling (ciptakan perasaan)
- Letting People Come to Their Own Conclusion (Biarkan orang datang atau pergi ke kesimpulannya sendiri)
- Cultivating Buyers (kultivasi/budidayakan para pembeli)